Page 126 - Sastra Anak Sandi Budiana, M.Pd
P. 126

Radit  hanya  tersenyum-senyum  saja  mendengar  komentar-
         komentar  dari  teman-temannya.  Pak  Rohman  dan  Ibu  Radit  ikut
         tersenyum juga menyaksikan anak-anak tersebut bercanda. “Tapi …”
         tiba-tiba Radit menyela di tengah senyuman teman-temannya. “Tapi
         kenapa,   Radit?”   Tanya   Indri   penasaran.   Semuanya   terdiam
         menunggu  jawaban  Radit.  “Nanti,  namaku  ganti  ya,  Radit,  bukan
         Anas.  Kan  sekarang  sudah  makan  nasi!”  Radit  meminta  teman-
         temannya untuk memanggil dia sesuai dengan namanya.
                   Mendengar  permintaan  Radit  semua  yang  ada  di  dalam  kamar
         tertawa.  Beberapa  saat  kemudian  Pak  Rohman  menasehati  murid-
         muridnya,  “Saya  setuju  dengan  Radit.  Kalian  tidak  boleh  mengganti-
         ganti  nama  orang  sembarangan,  apalagi  untuk  julukan  yang  jelek.”
         Semua  muridnya  menganggukkan  kepala.  Radit  tampak  senang
         dengan  ucapan  Pak  Rohman.  “Sekarang  yuu  kita  pulang.  Ayo,
         berpamitan  kepada  Radit  dan  ibu”  ujar  Pak  Rohman  menutup
         nasehatnya.



                                                                     122
   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130   131