Page 29 - Sastra Anak Sandi Budiana, M.Pd
P. 29
Agil ingin segera beranjak dari bangku tempatnya duduk,
menjauh dari keramaian, bahkan jika bisa dia ingin menghilang
dari pandangan semua orang di sekitarnya. Agil sudah bosan
melihat pandangan mata yang menatap aneh kepada dirinya.
Dia hendak berdiri dan berbalik untuk meninggalkan lapangan,
Namun sebuah sentuhan halus di pundaknya menghentikan
gerakannya.
"Assalamualaikum Agil, apa kabar? ''Agil hafal betul
dengan suara itu. Suara seperti itu hanya dimiliki oleh satu
guru yang memang selalu memperhatikannya. Suara seperti
itu hanya dimiliki oleh guru yang sering mengajaknya
mengobrol. Guru yang selalu baik itu bernama Bu Siska.
Tanpa disadari Agil yang sedang berdebat dengan dirinya
sendiri, Bu Siska sudah berdiri tepat di belakang bangku
yang didudukinya.
''Bagaimana tugas matematika yang hari senin, sudah
selesai?'' Bu Siska memulai percakapan sambil duduk di
samping kiri Agil. Perlahan Agil menganggukan kepalanya
tanpa mengucapkan satu pun kata. Agil hanya mengangguk
perlahan,
25