Page 433 - Tere Liye - Negeri Para Bedebah
P. 433

sekalipun,  dibanding ‘sesuatu’  itu.  Kau  tahu,  bukan?”  Opa  me-
               ngedipkan matanya.
                  Aku menggigit bibir menahan marah. Jika tidak ada dua pis-

               tol yang terarah ke wajahku, sudah sejak tadi tinjuku menghajar
               wajah Ram.
                  ”Pilihan yang baik. Selamat tinggal, Opa!”
                  Dengan  gerakan  kecil  Ram  mendorong  Opa  keluar  dari  ge-
               ladak buritan.
                  Aku berseru, refleks hendak menahan tubuh Opa sudah lebih
               dulu  jatuh  bersama  pelampung.  Suara  debur  air  terdengar  di
               antara suara deru mesin yacht dan gelapnya lautan.
                  ”Kau memang bedebah, Ram!” aku mendesis.
                  ”Kita semua bedebah, Thom.”
                  ”Kau akan menerima balasannya.”
                  ”Giliran  kau  sekarang,  Thomas.”  Ram  tidak  memedulikan
               seruan marahku.
                  Aku loncat, hendak meninju dagu Ram dengan tangan yang
               terborgol.  Gerakan  Ram  lebih  cepat,  jari  telunjuknya  menarik
               pelatuk  pistol.  Dua  tembakan  menghantam  perutku,  membuat
               tubuhku terbanting ke belakang. Aku kehilangan keseimbangan.
               Ram hanya perlu mendorong sedikit tubuhku.

                  Suara debur di permukaan laut untuk keempat kalinya terde-
               ngar.  Pasifik  terus  melaju  cepat,  segera  meninggalkan  tempat
               Opa dan aku dilemparkan.
                  Gelap.  Lautan  gelap.  Yang  terang  adalah  langit,  dipenuhi
               formasi bintang-gemintang.


                                          ***



                                          431




       Isi-Negeri Bedebah.indd   431                                 7/5/2012   9:51:15 AM
   428   429   430   431   432   433   434   435   436   437   438