Page 588 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 588
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
bahwa ―sejak 1952, khususnya setiap 17 Agustus banyak elit Irian Barat
ditahan dan dipenjarakan beberapa minggu di penjara. Tampaknya
Pemerintah Belanda menyadari bahwa banyak elit Irian Barat yang terus
mendukung pemerintah Indonesia sesudah KMB. Oleh karena itu untuk
menghindari berkembangnya nasionalisme Indonesia maka pamerintah
Belanda mengirim kelompok yang mendukung Indonesia ke dalam
penjara.
Laporan pemerintah Belanda tentang kegiatan politik di Irian
Barat pada 1957 menunjukkan bahwa sebenarnya yang menjadi
pemimpin adalah Ahmad Djalali, bukan orang Irian Barat. Namun,
laporan ini juga menyatakan bahwa Benjamin Kajai dan Yakop Thung
Tjing Ek sebagai pemilik toko Tjenderawasih sangat berperan
membangun jaringan dan memiliki cabang di Manokwari, Sorong, Biak
dan Hollandia. Salah satu kerjasama yang dilakukannya adalah dengan
salah satu pedagang Cina di Biak bernama Kho Hong Gan. Kerja sama
yang baik ini mempermudah hubungan yang selama itu terjalin antara
warga keturunan Cina dengan orang Irian Barat. Hal ini juga didukung
dengan adanya perkawinan antara pria keturunan Cina dengan wanita
Irian Barat. 160
Laporan pemerintah Belanda di atas ini menunjukkan bahwa
tidak dapat diabaikan kenyataan bahwa perluasan jaringan PKII di Irian
Barat adalah juga akibat dari peran warga keturunan Cina yang
beristrikan perempuan Irian Barat, antara lain seperti Yakop Thung Tjing
Ek yang beristrikan perempuan Irian Barat asal Serui yaitu Marta
Raweyai. Memang, harus diakui bahwa warga keturunan Cina lainnya di
Irian Barat—seperti di Biak antara lain Kho Hong Gan dan di Kaimana
yaitu Abubakar Tjan Koh Tjiang—terlibat dalam perluasan rasa
keindonesiaan di Irian Barat. Keterlibatan bisnis mereka yang
membutuhkan hubungan dengan daerah lain termasuk daerah-daerah
di Indonesia sehingga turut membangun jaringan keindonesiaan di
Irian Barat. Sebaliknya, melalui usaha bisnis mereka, para pendukung
Indonesia memanfaatkan pula jaringan ini untuk memperluaskan berita
proklamasi dari Makasar dan daerah lainnya di luar Irian Barat.
Sementara itu, Silas Papare yang masih berada di Jakarta, terus
memperjuangkan Irian Barat sebagai bagian dari Indonesia. Pada
tanggal 22 Februari 1950, Silas Papare diundang oleh Soeparmo yang
576