Page 590 - BUKU SEJARAH BERITA PROKLAMASI
P. 590
Sejarah Berita Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
yang tidak hanya di Serui dan terbatas pada orang Irian Barat dan
melibatkan para raja Irian Barat di Kaimana, tapi juga masyarakat non-
Irian Barat yang ada di Irian Barat. Abubakar Tjan koh Tjiang salah satu
warga keturnan Cina dan beragama Islam bersama para pendukung RI
di Kaimana terus melakukan berbagai aksi bawah tanah untuk
menyebarkan informasi tentang ide keindonesiaan terutama
165
menyangkut kiriman yang berisi teks Linggajati.
Dari beberapa surat di atas, tampak bahwa PKII secara politis
mendapat dukungan tidak saja dari masyarakat Irian Barat tetapi juga
dari non-Irian Barat di berbagai tempat di Irian Barat dan luar Irian Barat
dengan memanfaatkan sarana kapal KPM. Hal ini terlihat pula di
beberapa tempat di Irian barat terdapat banyak anggota PKII yang
berpindah ke beberapa tempat di Irian Barat untuk memobilisasikan
rakyat menentang Belanda. Di Sorong, misalnya, sesudah pendirian
N.N.G.P.M pada 1930-an terdapat ratusan pekerja yang berasal dari
bagian barat dan timur Indonesia, antara lain dari Jawa, Kalimantan dan
Buton yang dikontrak oleh Pemerintah Belanda.
Memang tidak dapat dihindari adanya kenyataan bahwa
sesudah kehadiran Ratulangi di Serui 1946, pengaruh PKII meluas di
daerah-daerah lain di Irian Barat. Pada 1 Maret 1948 di Fak-Fak
misalnya, Raja Rumagesang Al Alam Ugar Sekar memerintahkan supaya
semua bendera Belanda diturunkan di daerah Kokas. Akibat kejadian ini,
terjadi konflik antara rakyat di Kokas dengan Belanda dan akhirnya Raja
Rumagesang dipindahkan ke Sorong. Namun, setibanya di Sorong
Rumagesang terus melakukan kegiatan menentang Belanda, sehingga
akhirnya ditangkap dipindahkan ke Manokwari. Sementara di
Manokwari, Rumagerasang ditahan di tangsi polisi namun kembali
melakukan aksi menentang Belanda dengan cara mempengaruhi
beberapa pemuda di tangsi polisi untuk menanggalkan seragam
Belanda dan membakar tangsi polisi di Manokwari.
Namun, rencana ini diketahui pemerintah Belanda maka
Rumagesang dan beberapa pemuda di tangsi polisi akhirnya
dipindahkan ke penjara Hollandia. Tenyata di Hollandia, dalam sidang
perkaranya, Rumagesang dihukum seumur hidup dan dikirim ke
Makasar dengan Kapal dalam kedaan di borgol. Setelah di Makasar,
Rumagesang yang dianggap sangat membahayakan dipindahkan ke
578