Page 19 - Ebook_Toponim Jogja-
P. 19

Toponim Kota Yogyakarta    1








                  BAGIAN I

                  PENDAHULUAN












                  Sejarah Pembentukan dan Perkembangan Kota



                       ota Yogyakarta bermula dengan adanya krisis politik yaitu perebutan kekuasaan
                  Kantara  Pakubuwono II dan pamannya Pangeran  Mangkubumi. Pangeran
                  Mangkubumi  diperintahkan  untuk menyerahkan  kembali  daerah  Sukowati (Sragen
                  sekarang) yang pernah diberikan Susuhunan Pakubuwono II sebagai tanda jasanya yang
                  pernah memadamkan pemberontakan R.M. Said. Akan tetapi, Pangeran Mangkubumi
                  tidak mau menyerahkan daerah Sukowati dan justru menuntut untuk mempergunakan
                  gelar sultan serta menuntut separuh dari wilayah Pulau Jawa, termasuk daerah pesisiran
                  yang telah diserahkan kepada kompeni (VOC/Vereenigde Oostindische Compagnie) oleh
                  Pakubuwono II (M.C. Ricklefs, 1974, hlm. 39-56).

                  Perselisihan  antara  Pakubuwono  II dan  Pangeran  Mangkubumi  berakhir  dengan
                  perjanjian Giyanti antara VOC yang diwakili oleh Gubernur Jawa, N. Hartingh dengan
                  Pangeran Mangkubumi pada 13 Februari 1733 yang membagi kerajaan  Mataram
                  menjadi dua yaitu Kasultanan Yogyakarta yang diperintah Pangeran Mangkubumi
                  dan Kasunanan  Surakarta yang diperintah oleh Sunan Pakubuwono III  (Soekanto,
                  1952, hlm. 8). Dengan adanya perjanjian itu, maka berdirilah kota Yogyakarta dengan
                  Pangeran Mangkubumi sebagai sultan yang pertama.

                  Dampak  dari adanya perjanjian Giyanti, Sultan  Yogyakarta yang diangkat oleh
                  VOC diserahi wilayah setengah daerah pedalaman Kerajaan Jawa. Oleh karena itu,
                  kedudukan sultan sebagai raja menempatkannya sebagai pemilik tunggal atas tanah
                  kerajaan. Setelah perjanjian  Giyanti ditandatangani, pada  tanggal  7 Oktober 1756,
                  Pangeran Mangkubumi memindahkan pusat pemerintahannya dari Ambarketawang ke
                  Yogyakarta dan membangun Keraton dengan luas pada waktu itu kurang lebih 14.000
                  m2 (K.P.H. Brongtodiningrat, 1978, hlm 8). Daerah kekuasaan Pangeran Mangkubumi,
                  yaitu Mataram, Kedu, dan Bagelen masuk Negara Agung. Ditambah area mancanegara
   14   15   16   17   18   19   20   21   22   23   24