Page 30 - Ebook_Toponim Jogja-
P. 30

12         Toponim Kota Yogyakarta












                             Kota Yogya dilewati tiga sungai, yakni Sungai Winongo di barat kota, Sungai Code di
                             tengah, dan Sungai Gajah Wong berada di sisi timur. Luas wilayahnya 32,50 km2. Sejak
                             kemerdekaan, Kota Yogya adalah ibukota Daerah Istimewa Yogyakarta. Wilayah Kota
                             Yogyakarta terdiri atas 14 wilayah kecamatan, 45 kelurahan, dengan sekitar 614 Rukun
                             Warga (RW) dan 2.524 Rukun Tetangga (RT).


                             Kependudukan Yogyakarta menurut kajian  Anton Haryono (2015). Sesuai dalam
                             Algemeen Verslag 1833, tahun 1831 tercatat penduduk di Yogyakarta sebanyak 196.158
                             jiwa (13.451 jiwa bercokol di dalam kota), dan tahun 1833 tercatat 283.820 jiwa
                             (31.516 jiwa mukim di dalam kota). Walau selama 2 tahun jumlahnya membengkak,
                             yakni  44,7% untuk daerah Yogyakarta  dan  134,3% untuk dalam  kota. Menurut
                             keterangan Abdurrachman Surjomihardjo (2000: 23), jumlah penduduk pada 1833
                             masih jauh lebih kecil dibanding jumlah penduduk tahun 1825 yang mencapai 330.000
                             jiwa (60.000 jiwa di antaranya bertempat dalam kota).

                             Peter Carey menyebutkan Perang Jawa yang dipimpin Pangeran Dipanegara  telah
                             menyebabkan sekitar 200.000 orang  meninggal  (tidak terbatas daerah Yogyakarta)
                             (2013). Selain mobilisasi  massa, selama  perang berkecambuk terjadi  gelombang
                             pengungsian. Menurut M.C. Ricklefs (1991: 180), mengakibatkan jumlah penduduk
                             di dalam dan  luar  kota Yogyakarta  menyusut drastis.  Tahun  1831-1833 jumlah
                             penduduk meningkat akibat kembalinya warga yang terlibat perang dan pengungsi,
                             juga kepindahan masyarakat dari Pajang dan tempat lain yang berpenduduk padat
                             (Algemeen Verslag 1833). Mencermati penyusutan penduduk di dalam kota cukup besar
                             selama perang, dapat dimengerti persentase arus masuk penduduk ke kota itu pasca
                             perang tahun 1831-1833 mencapai 134,3%.


                             Pada  tahun  1836, jumlah  penduduk di daerah Yogyakarta sebanyak 306.973 jiwa
                             (pribumi 305.672 jiwa, Eropa 417 jiwa, Cina 842 jiwa dan Timur Asing lain 42
                             jiwa), tahun 1856 terdata 336.481 jiwa (pribumi 333.896 jiwa, Eropa 670 jiwa, Cina
                             1.736 jiwa, dan Timur Asing lain 179 jiwa), serta a tahun 1876 tercatat 441.801 jiwa
                             (pribumi 438.512 jiwa, Eropa 1.299 jiwa, Cina 1.848 jiwa, dan Timur Asing lain 142
                             jiwa. Jumlah penduduk tahun 1836-1856 mengalami kenaikan sebesar 29.508 jiwa
                             (9,6%) dan tahun 1856-1876 sebesar 105.320 jiwa (31,3%). Dalam rentang waktu
                             20 tahun, tingkat pertumbuhan penduduk setiap tahunnya relatif kecil, bahkan periode
                             1836-1856 nyaris tanpa pertumbuhan (Anton Haryono, 2015).
   25   26   27   28   29   30   31   32   33   34   35