Page 31 - Ebook_Toponim Jogja-
P. 31
Toponim Kota Yogyakarta 13
Sebaliknya pertambahan jumlah orang Eropa dan China melonjak dalam tingkat
pertumbuhan yang merendah. Tahun 1836 orang Eropa berjumlah 417 jiwa, lalu
tahun 1876 berlipat tiga kali menjadi 1.299 jiwa. Dalam rentang waktu yang sama,
juga membengkak 100% lebih jumlah orang Tionghoa. Arus masuk dua etnis ini ke
Yogyakarta terus berlangsung dan dalam intensitas yang tinggi, walau jumlah riil mereka
tetap kecil dibandingkan warga pribumi. Tingkat pertambahan kelompok Timur Asing
lain tahun 1836-1856 juga tinggi (325%), namun tahun 1856-1876 minus 20,7% (dari
179 jiwa menjadi 142 jiwa). Dalam laporan perjalanan Raden Mas Purwalelana (1880)
yang berkeliling Pulau Jawa sebelum 1880 disebutkan bahwa saat ia datang, melihat
rumah penduduk di Yogya terkoyak akibat gempa bumi, juga dampak perang Jawa. Di
bawah ini, tabel korban gempa di Yogya tahun 1867.
Tabel I
Jumlah Korban Gempa Bumi Di Yogyakarta, 10 Juni 1867*)
BANGSA MENINGGAL LUKA-LUKA
Eropa 14 10
Tionghoa 46 13
Jawa 262 376
Timur asing lain 4 1
Jumlah 326 400
Berdasarkan Koloniaal Verslag 1892, jumlah penduduk Yogyakarta tahun 1890
tercatat 785.473 jiwa (pribumi 778.729 jiwa, Eropa 2.097 jiwa, China 4.417 jiwa,
Arab dan Timur Asing lain 230 jiwa). Dibandingkan keadaan tahun 1876, jumlah ini
naik 343.672 jiwa (77,8%). Artinya, tingkat pertumbuhan pada 1876-1890 jauh lebih
tinggi ketimbang dua periode sebelumnya. Pertambahan saban kelompok tahun 1876-
1890: pribumi 340.217 jiwa (77,6%), Eropa 798 jiwa (61,4%), China 2.569 jiwa
(139%), Arab dan Timur Asing lain 88 jiwa (62%).
Awal abad XX, tatkala anggota parlemen Belanda bernama H.H van Kol (1904)
mengunjungi Yogya disebutkan jumlah penduduk sebanyak 72.200 orang, di antaranya