Page 178 - Ebook_Toponim Jogja-
P. 178

160         Toponim Kota Yogyakarta












                             3. Kampung Badran


                             Secara administratif, Kampung Badran berada di wilayah Kelurahan Bumijo, Kecamatan
                             Jetis. Membekas dalam ingatan kolektif warga, dahulu sekitar daerah ini terdapat bong
                             (kuburan Cina). Muasal nama Kampung Badran, dipercaya berkaitan dengan kondisi
                             kawasan kala itu. Badran berasal dari kata badra. Dalam Bausastra Jawa, Poerwadarminta
                             (1939) menguraikan lema badra memiliki arti wiwit bêbakal (awal dari sebuah aktivitas);
                             mbabad alas (membuka lahan yang pertama). Bisa dipahami, di masa lampau ada seorang
                             warga  bebadra atau  mengawali  membuka  kawasan  ini  untuk ruang  hunian. Warga
                             bersama rumahnya tersebut kemudian menjadi cikal bakal berdirinya perkampungan
                             baru itu. Terdapat versi lain dalam buku Toponim Kota Yogyakarta (2007) yang kurang
                             dapat diterima nalar sejarah bahwa Kampung Badran asalnya dari kata bebadra untuk
                             laku samadi.


                             Dalam perspektif sejarah sosial, daerah ini pernah dilabeli sebagai “kampung gelap
                             kota”. Sumintarsih dan Ambar Adrianto (2014) menguraikan, ternyata cap negatif
                             tersebut berdampak pada masyarakat setempat. Mereka tidak diterima dalam struktur
                             formal kota, semisal ada warga ketika mencari pekerjaan, atau berobat ke rumah sakit
                             mendapat kesulitan ketika tahu dia warga Badran. Semua ini karena latar tentang
                             Kampung Badran yang dikenal sebagai kampung “kriminal”. Bahkan, dilukiskan pula
                             sebagai kampung “seram”, tempat para gali, pencoleng, penjudi, psk, dan dikenal juga
                             dengan sebutan ‘ngebong’ karena tempat tersebut dulunya bekas pemakaman etnis
                             Tionghoa.

                             Penggambaran Kampung Badran dan aktivitas warganya serta kondisi tata ruang
                             tempat tinggal  yang berupa  rumah-rumah  tinggal  yang kecil, sempit, berhimpitan
                             sebenarnya merupakan potret sebuah kampung kumuh di kota. Hanya saja label hitam
                             atau citra kampung tersebut menjadi beban berat bagi masyarakat bersangkutan. Tetapi
                             seiring dengan perjalanan waktu kesan itu akan pudar, karena ada sejumlah relawan
                             yang bersama warga setempat melakukan gerakan positif untuk menghapus citra hitam
                             tersebut.
   173   174   175   176   177   178   179   180   181   182   183