Page 57 - SKRIPSI NURFADHILAH AMINTIA SENI PERTUNJUKAN 2016161065 (1)_Neat
P. 57
39
Kabupaten Muara Enim memiliki beberapa adat istiadat, yang mana adat
istiadat yang dimiliki Kabupaten Muara Enim adalah “Tunggu Tubang”. Tunggu
Tubang ini yaitu seorang anak laki-laki paling Sulung/tertua ketika menikah akan
menjadi orang yang menunggu rumah dari ibu bapaknya, akan tetapi jika tidak
mempunyai anak laki-laki maka yang akan menunggu rumahnya itu adalah anak
perempuan tertua. Pada adat Tunggu Tubang itu merupakan hak ahli waris dari
keluarga terhadap anak tertua yang mana sudah ada sejak dahulu begitupun
sebaliknya untuk anak perempuan tertua jika tidak memiliki seorang anak laki-
laki, maka anak perempuan tertua yang akan menjadi hak waris keluarganya.
Bahasa dari orang Kabupaten Muara enim seperti ciri khas dari karakter orang
Melayu, yang mana berakhiran “e”. Bahasa yang biasa orang Kabupaten Muara
Enim ini pakai ini berakhiran “e” jika “Kemana” maka jika di daerah Kabupaten
Muara Enim menyebutnya menjadi “Kemane”. Masyarakat daerah Kabupaten
Muara Enim ini hidup dari hasil mata pencariannya dari mayoritas berkebun karet
(Amalkun D, S.Sos, Komunikasi pribadi, 10 Maret 2020).
4.1.1.2 Sistem Mata Pencaharian Di Kabupaten Muara Enim
Sistem mata pencaharian Daerah Kabupaten Muara Enim itu
mengandalkan pertanian terutama perkebunan dalam mendorong
perekonomiannya. Hal ini terlihat dari besarnya luas lahan yang digunakan untuk
perkebunan. Lahan di Kabupaten Muara Enim ini umumnya merupakan lahan
bukan dari sawah yaitu sekitar 96,19 % dan sisanya merupakan lahan sawah.
Selain itu juga memiliki sektor pertambangan yang ada juga sangat berperan
cukup besar dalam perekonomian Kabupaten Muara Enim, baik komposisi dengan