Page 114 - Modul P5 Spenfoursada
P. 114
1. Menerima Diri Sendiri
Peace generation lahir dari kepedulian akan anak-anak muda yang belum memiliki gambaran diri
yang utuh(self image) tentang siapa dirinya, mengapa ia lahir dikeluarga tertentu, mengapa ia
bersekolah di sekolah-sekolah tertentu dan mau jadi apa kelak dia nanti. karena hal inilah maka anak-
anak mudah terpengaruh dengan lingkungan sekitar, tayangan televisi dan lingkungan sekitarnya.
tampa pengertian yang jelas akan gambaran dirinya yang utuh, maka itu adalah awal kehancuran
diri.mereka tidak akan segan-segan mencoba hal-hal yang terlarang bagi diri mereka sendiri.
Tanpa adanya gambaran diri anak-anak akan merasa tidak berharga dalam hidup mereka. oleh karena
itu peace generation mengeluarkan buku pertama yang berjudulkan “bangga jadi diri sendiri” yang
mengarahkan anak-anak muda untuk melihat bahwa diri mereka berharga, karena tuhan menciptakan
kita pada awalnya itu sangat luar biasa . tanpa adanya pengertian ini, maka mereka akan tetap
memiliki gambaran diri yang rusak,rapuh,dan membenci diri sendiri, keluarga dan lingkungan sekitar.
Buku 1: Self Acceptance: “Aku Bangga Jadi Diri Sendiri” ( I am proud to be myself)
Each person is a valuable creation of God with strengths and weaknesses. Understanding and
accepting yourself is the starting point of accepting others
2. Prasangka dan curiga
Mau tidak mau kita semua dicemarkan oleh prasangkaa dan curiga terhadap satu sama lain. buku
kedua peace generation memberikan pengertian bahwa prasangka dan curiga hanya akan membawa
kita pada dosa dan melanggar aturan agama.
prasangka ( Prejudice/pre-judge) atau menghukum seseorang sebelum tahu fakta yang sebenarnya.
oleh karena itu jangan menilai seseorang dari penampilanya atau suatu budaya hanya dari
sinetron/tayangan televisinya.
Buku 2: Prejudice: “No Curiga, No Prasangka”
(No stereotyping, no prejudice)
Don’t judge a person as member of a group but as an individual. Use X-ray vision to see the
heart not the exterior of a person
3. Keagekaragaman suku
Tuhan sangat menyukai keanekaragaman, oleh karena itu ia menciptakan suku dan banggsa yang
berbeda-beda dan bahasa yang berbeda-beda. ia adlah adil dan mahakuasa dan segala yang tuhan
ciptakan itu baik. tidak ada satupun suku yang lebih baik dari suku lain. semua sama derajatnya dan
sama tingginya. memang wajar jika ada kelemahan, tidak ada satu suku yang sempurna. tetapi dengan
ketidaksempurnaan serta kelebihan da kekurangan itulah maka kita harus belajar satu sama lain.
Buku 3: Racism:
“Beda Kebudayaan Tetap Berteman” (Different cultures still friends)
Resist the temptation to think negatively of people that are different from you. Choose to learn
from cross-cultural relationships and see the value of others.
4. Keberagaman agama
SMP NEGERI 4 SUKASADA