Page 705 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 705

bekas hasil tangan manusia berpetak-petak, digaris oleh sebatang sungai yang

               berbelok-belok,  dengan  rumpun  di  sana-sini  diseling  pohonpohon  besar  yang

               masih bertahan di antara perobahan yang dilakukan oleh tangan-tangan manusia.

               Sebatang pohon yang daun-daunnyatelah menguning dan banyak yang rontok,

               kelihatan menyendiri dan menonjol di antara segala tumbuhtumbuhan menghijau

               , dan seolah-olah segala keindahan berpusak kepada pohon menguning hampir

               mati  itu.  Matahari  yang  berada  di  atas  kepala  tidak  menimbulkan

               bayanganbayangan  sehingga  hari  tampak  cerah  sekali.  Sinar  matahari  dengan

               langsung dan bebas menyinari bumi dan segala yang berada di atasnya, terang

               menderang tidak ada gangguan awan. Di dalam keheningan itu, Swat Hong dapat

               melihat ini semua.


               Ketika  tanpa  disengaja  tangannya  yang  digerakkan  untuk  menyeka  keringat

               bertemu  dengan  lengan  Sin  Liong,  barulah  dia  sadar  akan  dirinya  dan

               sekelilingnya. Dan dia terheran. Semenjak dia bertemu dengan suhengnya dan

               melakukan perjalanan  ini, seringkali dia tenggelam ke dalam keindahan yang

               amat luar bias, yang sukar dia ceritakan dengan katakata. Dia merasa tenteram,

               tenang dan penuh damai sungguhpun suhengnya jarang mengeluarkan kata-kata.

               Dia seperti merasa betapa diri pribadi suhengnya bersinar cahaya yang hangat

               dan  aneh,  terasa  ada  getaran  yang  ajaib  keluar  dari  pribadi  suhengnya  yang

               mempengaruhinya dan mendatangkan suatu perasaan yang menakjubkan, yang

               mengusir  segala  kekesalan,  segala  kerisauan,  dan  segala  kedukaan.  Sudah

               beberapa kali dia ingin mengutarakan ini kepada suhengnya, namun setiap kali

               dia hendak bicara, mulutnya seperti dibungkamnya sendiri oleh keseganan yang

               timbul  dari  perasaan  halus  dan  lembut  terhadap  suhengnya  itu,  sesuatu  yang

               belum pernah dirasakannya semula. Dia mencinta suhengnya, ini sudah jelas.

               Namun sekarang timbul perasaan lain yang lebih agung daripada sekedar cinta

               biasa, perasaan yang membuat dia penuh damai.








                                                           704
   700   701   702   703   704   705   706   707   708   709   710