Page 704 - Bu Kek Siansu 01_Neat
P. 704

Kong Thian-cu meninggal dunia, kedudukan Ketua Hoa-sanpai digantikan oleh

               seorang tokoh Hoa-san-pai lain, terhitung sute dari Kong Thian-cu yang telah

               menjadi seorang tosu yang saleh, berjuluk Pek Sim Tojin. Ketua yang baru ini

               pun tidak tahu akan rahasia Pusaka Pulau Es, sehingga kini rahasia pusaka itu

               seluruhnya menjadi tangung jawab Liem Toan Ki dan isterinya.


               Biarpun selama dua tahun itu tidak terjadi sesuatu, namun hati suami isteri ini

               selalu merasa tidak tenteram. Bahkan mereka berdua seringkali merundingkan

               bagaimana baiknya. Hendak meninggalkan Hoa-san-pai dan mencari Swat Hong,

               mereka tidak berani meninggalkan Hoa-san-pai di mana pusaka itu disimpan,

               juga mereka tidak tahu ke mana harus mencari Han Swat Hong. Tinggal diam

               saja di Hoa-san mereka merasa makin lama makin gelisah. Selama itu, tidak ada

               satu kali pun mereka berani memeriksa pusaka yang disimpan di tempat yang

               amat rapat di kamar pusaka oleh mendiang Kong Thian-cu. Akhirnya mereka

               terpaksa  menahan  diri,  dan  saling  berjanji  bahwa  kalau  setahun  lagi  pemilik

               pusaka  yang  sah  tidak  muncul,  mereka  akan  menghadap  Pek  Sim  Tojin,

               menceritakan dengan terus terang dan menyerahkan pusaka itu untuk dipelajari

               bersama sehingga dengan demikian pusaka itu ada manfaatnya demi kemajuan

               dan kebaikan Hoasan-pai sendiri.

               "Suheng, kita berhenti istirahat dulu di sini!" Swat Hong berkata.


               Sin Liong menoleh kepada dara itu, tersenyum dan berkata,


               "Engkau lelah, Sumoi?" Swat Hong mengangguk dan Sin Liong menghentikan

               langkahnya, lalu keduanya duduk dibawah sebatang pohon besar di lereng bukit

               itu. Tempat perhentian mereka itu ditepi jalan yang merupakan lorong setapak,

               di sebelah kiri terdapat dinding bukit, di sebelah kanan jurang yang amat curam.

               Pemandangan di seberang jurang amatlah indahnya, tamasya alam yang tergelar

               di  bawah  kaki  mereka,  sehelai  permadani  hidup  yang  permai  dengan  segala

               macam warna berselang-seling, kelihatan kacau namun menyedapkan pandangan

               karena di dalam kekacauan itu terdapat keselarasan yang wajar. Sawah ladang



                                                           703
   699   700   701   702   703   704   705   706   707   708   709