Page 122 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 122

mendorong  pemulihan  ekonomi  nasional  dan  membawa  Indonesia  memasuki  era  baru
              perekonomian global, untukmewuj udkanma-syarakat yang makmur, sejahtera, dan berkeadilan.
              "RUU Cipta Kerja akan mendorong reformasi regulasi dan debirokratisasi, sehingga pelayanan
              Pemerintahan akan lebih efisien, mudah, dan pasti, dengan adanya penerapan Norma, Standar,
              Prosedur, dan Kriteria (NSPI<) dan penggunaan sistem elektronik," ujar Airlangga.

              Sebagaimana dipahami, Airlangga menjelaskan, selama ini masalah yang kerap menghambat
              peningkatan investasi dan pembukaan lapangan kerjaj antara lain proses perizinan berusaha
              yang rumit dan lama, persyaratan investasi yang memberatkan, pengadaan lahan yang sulit,
              hingga  pemberdayaan  UMKM  dan  Koperasi  yang  belum  optimal.  Ditambah  lagi  proses
              administrasi dan birokrasi perizinan yang cenderung lamban, yang pada akhirnya menghambat
              investasi dan pembukaan lapangan kerja.

              "RUU  Cipta  Kerja  ditujukan  untuk  menyelesaikan  berbagai  permasalahan  yang  menghambat
              peningkatan  investasi  dan  pembukaan  lapangan  kerja,  melalui  penyederhanaan  sistem
              birokrasidanperizinan, kemudahan bagi pelaku usaha terutama UMKM, ekosistem investasi yang
              kondusif, hingga penciptaan lapangan kerja untuk menjawab kebutuhan Angkatan kerja yang
              terus bertambah," harap Airlangga.

              Manfaat yang dapat dirasakan setelah berlakunya UU Cipta Kerja, Airlangga menjelaskan, antara
              lain bagi pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) berupa dukungan dalam bentuk
              kemudahan dan kepastian dalam proses perizinan melalui OSS (Online Single Submission).

              Ditambah lagi kemudahan dalam mendaftarkan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), kemudahan
              dalam  mendirikan  Perseroan  Terbuka  (PT)  perseorangan,  hingga  kemudahan  dengan
              persyaratan yang mudah dan juga biaya yang murah, sehingga ada kepastian legalitas bagi
              pelaku usaha UMKM.

              RUU CK juga menawarkan kemudahan dalam pendirian koperasi, dengan menetapkan minimal
              jumlah pendirian hanya oleh 9 (sembilan) orang. Kopei;asi j uga diberikan dasar hukum yang
              kuat untuk melaksanakan prinsip usaha sya-riah, selain juga kemudahan dalam pemanfaatan
              teknologi.

              "Untuk Sertifikasi Halal, RUU CK menjamin percepatan dan kepastian dalam proses sertifikasi
              halal. Bahkan bagi pelaku UMK, diberikan kemudahan tambahan berupa biaya sertifikasi yang
              ditanggung  pemerintah.  Lembaga  Pemeriksa  Halal  juga  diperluas  lingkupnya,  kini  dapat
              dilakukan oleh Ormas Islam dan Perguruan Tinggi Negeri," ungkap Airlangga.

              Menurut Airlangga, terkait keberadaan perkebu-nan masyarakat yang terlan-jur masuk kawasan
              hutan, masyarakat akan dapat memiliki kepastian pemanfaatan atas keterlanjuran lahan dalam
              kawasan hutan, dimana untuklahan masyarakat yang berada di kawasan konservasi, masyarakat
              tetap dapat memanfaatkan hasil perkebunan dengan pengawasan dari pemerintah.

              Tak  hanya  itu,  bagi  nelayan  juga  diatur  penyederhanaan  perizinan  berusaha  untuk
              kapal_perikanan.  Kini  perizinan  hanya  cukup  satu  pintu  melalui  Kementerian  Kelautan  dan
              Perikanan (KKP).


              Kementerian Perhubungan tetap memberikan dukungan melalui standar keselamatan. "RUU CK
              juga akan mempercepat pembangunan rumah bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),
              yang dikelola khusus oleh Badan Percepatan Penyelenggaraan Perumahan (BP3).

              Percepatan reformasi agraria dan redistribusi tanah juga akan dilakukan oleh Bank Tanah," jelas
              Airlangga. Mayoritas pelaku usaha di Indonesia, lebih dari 99,6 persennya adalah pelaku usaha
              Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).


                                                           121
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127