Page 142 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 142

SEGERA AJUKAN JUDICIAL REVIEW KE MK

              MASYARAKAT yang menolak RUU Cipta Kerja bisa mengajukan judicial review (JR) atau uji materi
              ke Mahkamah Konstitusi (MK). Pakar hukum tata negara Mar-garito Kamis mengatakan, problem
              terbesar UU Cipta Kerja adalah banyaknya muatan atau isi yang ada di dalamnya. "Berkaitan
              dengan berbagai macam undang-undang. Sekali lagi, materinya mencakup berbagai undang-
              undang," terang Margarito saat dihubungi Jawa Pos kemarin (5/10)

              Menurut dia, dari sudut ilmu hukum, nama dan muatannya sudah bermasalah. Sebab, UU Cipta
              Kerja menggugurkan muatan dalam undang-undang yanglain. Dalam ilmuhukum, kataMargarito,
              tidak ada yang mengatur seperti UU Cipta Kerja. Yaitu, satu undang-undang  menggugurkan
              banyak undang-undang yang lain. Seharusnya, jika ingin mengganti UU, harus membuat UU
              baru yang menjadi penggantinya.

              Margarito menambahkan, dari sisi konstitusi, UU Cipta Kerja jelas bermasalah. Sebab, UU yang
              menggunakan sistem omnibus law itu tidak memberikan kepastian hukum. Bisa saja pada saat
              tertentu menggunakan UU omnibus law danpada waktu berbeda menggunakan UU yang lain.
              "Kapan-kapan pakai UU yang lain, kapan-kapan pakai UU omnibus" terangnya.

              Dia mendorong masyarakat mengajukan JR ke MK. Serikat pekerja bisa segera mengajukan uji
              materi ke MK. Ormas seperti Muhammadiyah dan NU juga bisa mengajukan ke MK. Bahkan,
              pemerintah daerah bisa mengajukan JR karena ada

              kewenangan perizinan yang diambil pemerintah pusat.

              Menurut dia, MK harus mengambil keputusan agar kondisi bangsa tidak semakin kacau. MK harus
              memastikan apakah UU itu masuk akal dan sudah sesuai dengan konstitusi. ''Saya berpendapat
              ini tidak sesuai konstitusi. Kenapa tidak sesuai, karena UU itu ingin mentiptakan ketidakpastian
              hukum," tegasnya Dia menambahkan, ada sejumlah pasal yang dinilai konyol. Misalnya, soal
              pesangon PHK. Pembayaran pesangon ditanggung perusahaan dan pemerintah. Hal itu jelas-
              jelas tidak masuk akal. Bagaimana bisa korporasi yang membuat masalah, tapipemerintahikut
              menanggung masalah tersebut Itu sama saja masalah perusahaan dialihkan kepada negara atau
              masalah perusahaan dialihkan ke rakyat.


              "Perusahaan yang ngacau, rakyatyang tanggung," tegasnya.
              Menurut  dia,  pemerintah  adalah  rakyat.  Mala,  jika  pesangon  PHK  dibebankan  juga  ke
              pemerintah, rakyatlah yang ikut menanggung. Aturan itu jelas sangat jahat. Dia menilai negara
              sudah menyerah ke korporasi.

              "Lebih jahat, ini jahat, lebih jahat daripada kapitalis. Ini sangat jahat," ungkapnya.

              Sementara itu, Wakil Ketua Baleg DPR Willy Aditya mengatakan, konstitusi adalah yang tertinggi
              dalam  negara  hukum.  Maka,  konstitusionalitas undang-undang  dan  peraturan  apa  pun  yang
              berada di bawah konstitusi bisa diuji. Jika pihak tertentu menilai bahwa sebuah undang-undang
              bertentangan  dengan  konstitusi,  mereka  bisa  mengajukan  uji  materi,  baik  secara  materiil
              maupun formil. "Begitu juga dengan Undang-Undang Cipta Kerja yang baru saja disetujui DPR
              bersama pemerintah," terangnya.

              Politikus Partai Nasdem itu mengungkapkan, beberapa substansi UU Cipta Kerja yang sempat
              menjadi kontroversi di publik sebenarnya sudah diperjuangkan maksimal dalam pembahasan di
              DPR  Namun,  DPR  juga  tidak  bisa  sepenuhnya  memaksakan  kehendak  dalam  proses-proses
              politik yang terjadi. "Silakan saja jika kelompok-kelompok yangmerasa UU Cipta Kerja inibelum
              memenuhi harapannya, mereka dapatmeng-ajukan constitutional review atas pengaturan hal
              tersebut," tuturnya (lum/c7/oni)


                                                           141
   137   138   139   140   141   142   143   144   145   146   147