Page 155 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 155

"Pembicaraan Iduster ketenagakerjaan terkesan terburu-buru," sesalnya.

              hasil  kesepakatan  pembahasan  RUU  Cipta  Kerja  masih  belum  jelas.  Mengingat  banyak  hal
              diserahkan ke peraturan pemerintah (PP). Contohnya; pasal 66, anggota Baleg sepakat Pasal 66
              UU 13 tahun 2003 tidak diubah tapi diserahkan pengaturannya ke PP. Seharusnya isi Pasal 66
              itu, tetap dicantumkan pada Iduster ketenagakerjaan. "Kalau diserahkan ke PP, akan terjadi
              interpretasi subyektif pemerintah terhadap isi pasal tersebut," katanya.

              Timboel  menuturkan,  pada  waktu  membahas  UU  Ketenagakerjaan  Nomor  13  tahun  2003,
              banyak ketentuan diatur di PP, Perpres dan Permenaker dinaikkan statusnya, menjadi diatur di
              UU 13 tahun 2003. Karena norma-norma itu, terkait hak-hak konstitusional pekerja. Misalnya,
              mendapat pekerjaan layak, upah layak, jaminan sosial, dan perlindungan lainnya. Kenapa DPR
              sepakat menurunkan kembali status norma-norma itu ke PP? Bukankah PP ranah pemerintah
              semata. Saya nilai justru norma-norma hukum terkait hak konstitusional pekerja harus menjadi
              kesepakatan DPR dan pemerintah. Oleh karena itu diatur W, bukan malah diserahkan kepada
              pemerintah  dalam  format  PP.  Ini  bentuk  pengabaian  tanggungjawab  DPR  kepada  pekerja,P
              terangnya.
              Begitu pun pembahasan kompensasi PHK yang sepakat tetap maksimal 32 kali upah sesuai UU
              No. 13 Tahun 2003, dengan kewajiban pemerintah membayar sebagian, demikian juga dengan
              JQ mewajibkan pemerintah mengiur. Konstruksi hukum pembayaran kompensasi PHK dengan
              mewajibkan  pemerintah  ikut  membayar  berpotensi  mengalami  kéndala  berupa  penolakan
              Kementerian  Keuangan  (Kemenkeu),  mengingat  persoalan  defisit  APBN  sudah  mencapai
              Rp500,5 triliun tahun ini. Demikian juga iuranJKP, iuran jaminan sosial dibayarkan pemeintah
              kepada orang miskin bukan kepada pekerja. "Dorongan kepada pemerintah membayar iuran JKK
              dan  JKM  buat  pekerja  informal  miskin  belum  dipenuhi,  eh  iuran  JKP  malah  mau  dibayar
              p&merintah," katanya.

              Seharusnya  sebut  Timboel,  dilakukan  bagaimana  kompensasi  PHK  diintegrasikan  dengan
              Jaminan sosial yaitu kewajiban pengusaha mengiur dalam persentase tertentu dari upah ketika
              pekerja mengalami PHK. Lalu, perhitungan kompensasi PHK tetap diatur UU Cipta Kerja, bukan
              PP.

              "Kompensasi PHK itu dibayar dengan dua cara yaitu lumpsum dan bertahap setiap bulan selama
              maksimal  6  bulan,  misalnya  6  bulan.  Sementara  JKP  berupa  job  training  dan  job  services
              dipadukan dengan program kartu prakerja. Jadit pemerintah bertanggung jawab membiayai job
              training dan job services, ungkäpnya. (nas)
              caption:

              TEGAS-Fraksi  Partai  Demokrat  dan  Fraksi  PKS  menolak  pembahasan  keputusan  Tingkat  II
              Omnibus Law RUU Cipta Kerja pada rapat paripurna DPR, di Gedung Nusantara II Kompleks
              Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (5/10). Perwakilan Fraksi Partai Demokrat dan Fraksi PKS saat
              menyerahkan  keputusan  penolakan  kepada  Pimpinan  DPR  Puan  Maharani  dan  Menteri
              Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.















                                                           154
   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159   160