Page 154 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 154

Ringkasan

              Rancangan Undang-Undang  (RUU) Cipta Kerja terus menuai polemik. Ribuan buruh berbagai
              serikat  pekerja  (SP)  menolak  dengan  turun  ke  jalan.  Fraksi  Partai  Demokrat  dan  PKS  juga
              menolak. Anggota Komisi IX DPR Fraksi Demokrat Lucy Kumiasari mengatakan, RUU Cipta Kerja
              kemunduran. "Kami secara tegas menolak RUU Cipta Kerja," tutur Lucy Kurni-asari, di Jakarta,
              Senin (5/10).

              Menurut  Lucy,  penolakan  itu  karena  RUU  Cipta  Kerja  lebih  buruk  dari  UU  Ketenagakerjaan
              sebelumnya. RUU ini melemahkan daya tawar pekerja dihadapan pemilik perusahaan. Selain itu,
              RUU Cipta Kerja memberi ruang lebih besar bagi tenaga kerja asing (TKA). Itu membahayakan
              tenaga  kerja  lokal.  "Tenaga  kerja  Indonesia  juga  akan  makin  sulit  menjadi  pegawai  tetap.
              Padahal, menjadi pegawai tetap memberi kepastian hukum bagi para pekerja," bebernya.



              DEMOKRAT-PKS TEGAS MENOLAK

              Rancangan Undang-Undang  (RUU) Cipta Kerja terus menuai polemik. Ribuan buruh berbagai
              serikat  pekerja  (SP)  menolak  dengan  turun  ke  jalan.  Fraksi  Partai  Demokrat  dan  PKS  juga
              menolak. Anggota Komisi IX DPR Fraksi Demokrat Lucy Kumiasari mengatakan, RUU Cipta Kerja
              kemunduran. "Kami secara tegas menolak RUU Cipta Kerja," tutur Lucy Kurni-asari, di Jakarta,
              Senin (5/10).

              Menurut  Lucy,  penolakan  itu  karena  RUU  Cipta  Kerja  lebih  buruk  dari  UU  Ketenagakerjaan
              sebelumnya. RUU ini melemahkan daya tawar pekerja dihadapan pemilik perusahaan. Selain itu,
              RUU Cipta Kerja memberi ruang lebih besar bagi tenaga kerja asing (TKA). Itu membahayakan
              tenaga  kerja  lokal.  "Tenaga  kerja  Indonesia  juga  akan  makin  sulit  menjadi  pegawai  tetap.
              Padahal, menjadi pegawai tetap memberi kepastian hukum bagi para pekerja," bebernya.

              Jadi, kalau RUU itu disyahkan, semakin banyak pegawai kontrak seumur hidup, bukan pegawai
              tetap. Itu tentu akan melemahkan posisi pegawai. Upah minimum sektor kabupaten/kota juga
              akan hilang. Tentu ini merugikan para pekerja. "Pesangon para pekerja juga akan dikurangi dari
              32 kali menjadi 25 kali upah. Padahal, bagi pekerja pesangon itu sangat dibutuhkan untuk tetap
              eksis setelah pensiun. Kalau pesangon terlalu kecil, masa depan pekerja setelah pensiun akan
              semakin suram," ujarnya.

              Sementara itu, Anggota Komisi IX DPR Fraksi PDI Perjuangan Mucha-mad Nabil Haroen menilai
              rencana mogok nasional serikat pekerja bukan pilihan bijak. Kendati, tidak ada larangan untuk
              berpendapat. Namun, di tengah Pandemi COVID-19, harus patuh pada.protokol kesehatan. "Bisa
              memakai cara lain untuk menyampaikan pendapat, mengapa harus dengan mogok nasional?
              Jika mogok terjadi, pekerja juga terkena dampaknya," ucap Nabil.

              Sejak dibuka pembahasan RUU Cipta Lapangan Kerja di Komisi IX DPR, menurutnya, dirinya
              terus mendorong perbaikan hak dan kesejahteraan pekerja. Dengan banyak opsi dan klausul
              agar nasib pekerja menjadi lebih baik. "Beberapa kali rekan-rekan di Badan Legislasi (Baleg) dan
              pimpinan DPR bertemu dengan serikat pekerja membahas daftar inventarisasi masalah (DIM),"
              tegasnya.

              Sekjen Organisasi Pekerja Seluruh Indonesia (OPSI) Timboel Siregar mengatakan, pembahasan
              kluster ketenagakerjaan RUU Cipta Kerja antara pemerintah, dan Baleg DPR seluruhnya mengacu
              pada  poin-poin  dalam  DIM  rancangan  pemerintah.  Sementara  DPR  tidak  memiliki  draft  bisa
              disandingkan dengan DIM pemerintah.

              Itu  kemudian  mengakibatkan  pembahasan  tidak  mendalam.  Tidak  ada  tukar  menukar  ide,
              perdebatan, konsep, antara pemerintah dan Baleg DPR.
                                                           153
   149   150   151   152   153   154   155   156   157   158   159