Page 283 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 6 OKTOBER 2020
P. 283

Said  Iqbal  menyatakan    buruh    menolak  keras  kesepakatan  ini,  lantaran  UMK  tidak  perlu
              bersyarat dan UMSK harus tetap ada. Dimana UMK tiap kabupaten/kota berbeda nilainya.
              Said Iqbal juga menjelaskan bahwa tidak benar jika UMK di Indonesia lebih mahal dari negara
              ASEAN lainnya.

              Hal  itu  lantaran  jika  diambil  rata-rata  nilai  UMK  secara  nasional,  justru  UMK  di  Indonesia
              disebutnya jauh lebih kecil dari upah minimum di Vietnam.

              UMSK ditegaskan harus tetap ada, dimana jalan tengahnya ialah penetapan nilai kenaikan dan
              jenis industri yang mendapatkan UMSK dilakukan di tingkat nasional untuk beberapa daerah dan
              jenis industri tertentu saja.

              Jadi UMSK tidak lagi diputuskan di tingkat daerah dan tidak semua industri mendapatkan UMSK,
              agar ada fairness.
              Sedangkan perundingan nilai UMSK dilakukan oleh asosiasi jenis industri dengan serikat pekerja
              sektoral industri di tingkat nasional.

              Di mana keputusan penetapan tersebut hanya berlaku di beberapa daerah saja dan jenis sektor
              industri tertentu saja sesuai kemampuan sektor industri tersebut.

              "Jadi tidak harus sama rata sama rasa, karena faktanya setiap industri berbeda kemampuannya.
              Karena itu masih dibutuhkan UMSK," ujar Said Iqbal.

              2.  Pengurangan  Pesangon  Jadi  25  Kali  Upah  Bulanan    Buruh  menolak  pengurangan  nilai
              pesangon dari 32 bulan upah menjadi 25 bulan. Di mana 19 bulan dibayar pengusaha dan 6
              bulan dibayar BPJS Ketenagakerjaan.

              3. Perjanjian PKWT  Mengenai Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dimana disebut Said
              Iqbal kontrak seumur hidup yang tidak ada batas waktu kontrak.

              Buruh disebut Said menolak PKWT seumur hidup.

              4. Sistem Outsourcing.

              Said Iqbal menilai, tanpa adanya batas jenis pekerjaan yang boleh di outsourcing.

              Padahal sebelumnya, outsourcing dibatasi hanya untuk 5 jenis pekerjaan. Menurut Said Iqbal,
              karyawan kontrak dan outsourcing seumur hidup menjadi masalah serius bagi  buruh  .

              "Sekarang saja jumlah karyawan kontrak dan outsourcing berkisar 70 % sampai 80 % dari total
              buruh  yang bekerja di sektor formal.

              Dengan disahkannya omnibus law, apakah mau dibikin 5% hingga 15% saja jumlah karyawan
              tetap? No job security untuk  buruh  Indonesia, apa ini tujuan investasi?," tegas Said Iqbal.

              Said Iqbal mempertanyakan, siapa nantinya yang akan membayar Jaminan Kehilangan Pekerjaan
              (JKP) untuk karyawan kontrak dan outsourcing.

              5. Cuti Haid dan Melahirkan Hilang  Para  buruh  menolak jam kerja yang eksploitatif. Keenam,
              menolak hak cuti hilang dan hak upah atas cuti hilang.
              Dia menjelaskan, cuti haid dan melahirkan bagi pekerja perempuan hilang, karena hak upahnya
              atas cuti tersebut hilang.

              6. Hak Cuti Panjang Dihilangkan  Kemudian cuti panjang dan hak cuti panjang juga disampaikan
              hilang. "Yang hilang saat cuti haid dan hamil, upah  buruh  nya tidak dibayar, no work no pay."
                                                           282
   278   279   280   281   282   283   284   285   286   287   288