Page 125 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 APRIL 2021
P. 125

PMI DI ARAB SAUDI KEMBALI BERMASALAH, MIGRANT CARE RAGUKAN SPSK JADI
              SOLUSI
              Jakarta - Sejumlah pekerja migran Indonesia (PMI) di Kota Taif, Arab Saudi dikabarkan tidak
              mendapatkan  haknya  sesuai  dengan  perjanjian  kerja  selama  pandemi  Covid-19.  Bahkan
              sebagian dari mereka terpaksa kembali ke tanah air karena sudah tidak lagi memiliki uang akibat
              belum menerima gaji dari perusahaan.

              Menurut salah seorang PMI yang bekerja di Taif, Basuki Winarso, mereka belum mendapat gaji
              terhitung  sejak  Maret  2020.  Namun  janji  pihak  perusahaan  untuk  memberikan  haknya  pada
              November tahun lalu tak kunjungi dipenuhi.

              "Katanya mau ngasih di bulan November, sampai dari pihak KJRI datang sebagai mediator kita,
              tapi nyatanya belum dikasih. Minta waktu sampai Desember, gak dikasih lagi. [Minta] Januari,
              sampai sekarang lockdown fase kedua itu masih belum dikasih. Kita penginnya Maret gaji kita
              dibayar sama include tiket. Udah itu aja permintaan kita sebetulnya," ujarnya dilansir dari video
              investigasi Tempo bertajuk: Pekerja Migran Terdampak Pandemi, Jakarta, Selasa (27/4) sore.

              Menanggapi hal tersebut, Direktur Perlindungan WNI Kementerian Luar Negeri, Judha Nugraha
              mengungkapkan pemerintah kini tengah membuat pilot project.

              Nantinya, penempatan PMI tidak lagi dengan perorangan atau Kafalah, tetapi langsung melalui
              perusahaan.

              Seperti  diketahui,  Kementerian  Ketenagakerjaan  telah  menerbitkan  Kepmenaker  Nomor  291
              Tahun 2018 tentang Pendoman Pelaksanaan Penempatan Dan Pelindungan PMI di Arab Saudi
              melalui Sistem Penempatan Satu Kanal (SPSK). Ada sekitar 49 Perusahaan Penempatan Pekerja
              Migran  Indonesia  (P3MI)  yang  sudah  ditetapkan  sebagai  pilot  project  untuk  menempatkan
              dengan sistem SPSK ini.

              Namun, program SPSK yang diharapkan bisa menjadi solusi untuk mengatasi masalah pekerja
              migran di Arab Saudi belum juga terealisasi. Program yang seharusnya dilakukan pada akhir
              2019 itu masih mengalami penundaan hingga kini.

              Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziah menyebut SPSK merupakan wujud perbaikan tata kelola
              penempatan PMI, khususnya ke Arab Saudi.

              "Nah itu yang menjadi alasan kenapa kita menghadirkan sistem baru melalui SPSK ini karena
              pekerja kita bekerja pada berbadan hukum yaitu Syarikah, tidak bekerja kepada perseorangan.
              Yang bertanggungjawab terhadap perlindungan kepada pekerja adalah Syarikah yang merekrut
              PMI kita," katanya dalam Rapat Kerja dengan DPR RI pada Februari 2021 lalu.

              Sementara itu, Direktur Migrant Care, Anis Hidayat mengaku tidak yakin penempatan SPSK ini
              dapat  menjadi  solusi  penyelesaian  masalah  perlindungan  PMI  di  Arab  Saudi.  Menurutnya,
              pemerintah Arab Saudi hingga kini masih memberlakukan sistem Kafalah.

              "Saya  tidak  yakin  karena  Saudi  masih  memberlakukan  Kafalah  Sistem.  Mereka  menghapus
              kafalah itu kan hanya untuk pekerja yang bekerja di Syarikat, sementara SPSK ini kan bekerja
              untuk  individu.  Jadi  sebenarnya  dari  sisi  kerentanan  tidak  ada  pergeseran  yang  signifikan.
              Bahkan mungkin tidak ada pergeseran," tuturnya.








                                                           124
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130