Page 232 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2021
P. 232

Ringkasan

              Kementerian  Ketenagakerjaan  RI,  bersama  Apindo  dan  BPJS  Ketenagakerjaan  memberikan
              sosialisasi tentang perubahan atas Permenaker No. 35 Tahun 2016 terkait tata cara pemberian,
              persyaratan dan jenis Manfaat Layanan Tambahan (MLT) dalam program Jaminan Hari Tua (JHT)
              menjadi Permenaker no. 17 Tahun 2021. Perubahan atau revisi itu dilakukan untuk memastikan
              para pekerja memiliki rumah sendiri melalui skema MLT dalam program dana JHT.



              ADA MANFAAT BISA MILIKI RUMAH DIHARAP TINGKATKAN JUMLAH PESERTA
              BPJS KETENAGAKERJAAN

              Kementerian  Ketenagakerjaan  RI,  bersama  Apindo  dan  BPJS  Ketenagakerjaan  memberikan
              sosialisasi tentang perubahan atas Permenaker No. 35 Tahun 2016 terkait tata cara pemberian,
              persyaratan dan jenis Manfaat Layanan Tambahan (MLT) dalam program Jaminan Hari Tua (JHT)
              menjadi Permenaker no. 17 Tahun 2021. Perubahan atau revisi itu dilakukan untuk memastikan
              para pekerja memiliki rumah sendiri melalui skema MLT dalam program dana JHT.

              Direktur  Utama  BP  Jamsostek,  Eko  Cahyo  menyampaikan,  pentingnya  memberikan  sense  of
              emergency agar para pekerja tertarik mengambil program MLT JHT.

              " Sense of emergency ini yang mestinya bisa terbangun dengan adanya MLT. Karena rumah
              sebagai  kebutuhan  yang  urgent/pokok,"  ujar  Eko  dalam  press  conference  virtual  Peraturan
              Menteri Ketenagakerjaan Nomor 17 Tahun 2021, Rabu (3/11).

              "Banyak pekerja yang belum menjadi peserta itu selain karena belum aware, tetapi juga merasa
              belum perlu. Jadi dengan harapan adanya program Manfaat Layanan Tambahan ini bisa jadi
              daya dorong untuk mereka agar segera bergabung karena ada manfaat tambahannya," jelas
              Eko.

              Dalam kesempatan itu, Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial
              Tenaga Kerja (PHI-JSK) Kementerian Ketenagakerjaan RI, Indah Anggoro Putri mengungkapkan,
              kurangnya peserta MLT JHT terjadi karena masih minimnya sosialisasi, pemberian pemahaman,
              dan daya tarik.

              "Adanya  kurang  sosialisasi  bahwa  dana  JHT  yang  pekerja  iurkan,  yang  dikelola  oleh  BPJS
              Jamsostek itu sebenarnya dapat dimanfaatkan dalam bentuk perumahan," ungkap Indah.
              Indah menyebutkan, kurangnya daya tarik terjadi dikarenakan bunga MLT yang terlalu tinggi.
              "Evaluasi kami juga melihat bahwa bank-bank penyalur juga kurang memberikan pelayanan-
              pelayanan khusus yang memudahkan bagi para pekerja mengambil manfaat MLT ini," jelasnya.

              84 Persen Pekerja di Jabar Belum Jadi Peserta BPJS Ketenagakerjaan Pemerintah Provinsi Jabar
              mencatat sekitar 22,23 juta orang pekerja formal maupun nonformal di wilayahnya. Dari jumlah
              itu,  baru  3,5  juta  orang  atau  sekitar  16  persen  yang  sudah  menjadi  peserta  BPJS
              Ketenagakerjaan.

              Artinya,  ada  sekitar  18,73  juta  pekerja  atau  sekitar  84  persen  belum  menjadi  peserta  BPJS
              Ketenagakerjaan.  Untuk  mengatasinya,  Pemerintah  Provinsi  Jawa  Barat  kini  berupaya
              memperluas aksesibilitas para pekerja menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan.

              Sekretaris Daerah (Sekda) Jawa Barat (Jabar) Setiawan Wangsaatmaja menyebut, salah satu
              upayanya  adalah  menyosialisasikan  Peraturan  Gubernur  (Pergub)  Nomor  158  Tahun  2021
              tentang Pelaksanaan Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan di Daerah Provinsi Jabar.


                                                           231
   227   228   229   230   231   232   233   234   235   236   237