Page 13 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 APRIL 2021
P. 13
suku bunga deposito Himbara saat ini di level 3-3,25%. Besaran suku bunga itu dinilai tidak
mampu menambal liabilitas BP Jamsostek.
Edwin menegaskan, nilai dana investasi deposito saat ini mencapai Rp 70 triliun. Dia memastikan
bahwa dana itu cukup untuk menambal potensi klaim selama dua tahun. Dalam hal ini,
masyarakat tidak perlu khawatir dengan risiko unrealized loss yang sedang terjadi. Hal yang
perlu dikhawatirkan adalah nilai Rp 70 triliun itu tidak memberikan imbal hasil yang cukup.
"Ke depan kami melakukan realokasi terhadap dana kelolaan. Pertama, kami akan mengurangi
deposito karena return deposito tidak terlalu banyak. Kami akan realokasi dana deposito ke
obligasi Obligasi ini bisa obligasi pemerintah atau obligasi korporasi. Tentunya obligasi korporasi
ini harus ada rating minimal, kami tidak bisa menempatkan dana di perusahaan yang rafinya A
(4 minus)," ungkap dia.
Maksimalkan Penyertaan Langsung
Lebih lanjut, untuk bisa mendapatkan imbal hasil lebih baik, maka manajemen baru BP
Jamsostek berencana memaksimalkan instrumen penempatan langsung. Saat ini, penyertaan
langsung yang hanya 0,1% akan digenjot sesuai aturan hingga porsi 5% atau setara Rp 25 triliun
dari dana kelolaan saat ini.
Meski begitu, kendala juga ditemui karena PP 99/2013 dan PP 55/2015 penyertaan langsung
hanya memperbolehkan dilakukan pada bidang usaha yang mendukung operasional BP
Jamsostek. Misalnya saja interpretasi bahwa investasi di jalan tol yang sama sekali tidak
mendukung operasional badan. Oleh karena itu, manajemen baru turut meminta restu dan
dukungan DPR untuk memperluas interpretasi aturan tersebut.
Terkait risiko, sambung Edwin, analisis penyertaan langsung oleh BP Jamsostek akan dilakukan
dengan menggandeng SWT yang dianggap lebih memiliki kapabilitas. Hal itu setidaknya akan
dilakukan selama lima tahun sampai BP Jamsostek mampu memiliki SDM yang mumpuni guna
menganalisis risiko.
Edwin menekankan, sederet upaya realokasi portofolio investasi itu adalah bagian dari
memperbaiki adanya unrealized loss dan memaksimalkan hasil investasi untuk para peserta.
Selain itu, perthitungan unrealized loss juga tidak dibebankan pada peserta tapi pada program
yang menyumbang defisit yakni JHT.
Anggoro memastikan, tidak ada hubungan antara unrealize loss dengan kesulitan peserta
melakukan klaim. Kedua hal itu berbeda lantaran BP Jamsostek memiliki likuiditas berlebih,
sementara sulitnya klaim dipengaruhi proses pelayanan yang berlarut "Itu adalah hal yang
berbeda. Klaim susah karena prosesnya masih sarat akan dokumen. Jadi secara internal kami
melakukan simplifikasi, pengurangan dokumen, yang sebelumnya klaim itu butuh 14 dokumen,
itu akan kami simplifikasi," tandas Anggoro.
12