Page 346 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 SEPTEMBER 2020
P. 346

Nining mengatakan, berbagai kesulitan tengah dihadapi para pekerja di masa pandemi Covid-19
              ini, seperti Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) secara sepihak dan dirumahkan.
              Namun, DPR dan pemerintah justru melanjutkan pembahasan klaster ketenagakerjaan.

              "DPR sangat tidak punya kepekaan dan kepedulian terhadap rakyat," kata Nining saat dihubungi,
              Jumat (25/9/2020).

              Nining mengatakan, sejak awal seluruh elemen masyarakat menolak pembahasan RUU Cipta
              Kerja karena dianggap merugikan rakyat di berbagai sektor.
              Ia pun menilai, DPR dan pemerintah tidak konsisten menjalankan konstitusi negara dengan tetap
              membahas RUU Cipta Kerja.

              "Dimana  negara  berkewajiban  melindungi  seluruh  tumpah  darah  Indonesia  tetapi  dengan
              adanya RUU Cipta Kerja justru hanya melindungi kepentingan kaum modal," ujarnya.

              Lebih lanjut, Nining mengatakan, KASBI sampai saat ini konsisten menolak pembahasan RUU
              Cipta Kerja.

              "Iya masih (tetap menolak RUU Cipta Kerja)," pungkasnya.

              Sebelumnya  diberitakan,  Badan  Legislasi  (Baleg)  DPR  dan  pemerintah  mengagendakan
              pembahasan  klaster  ketenagakerjaan  dalam  draf  omnibus  law  RUU  Cipta  Kerja,  Jumat
              (25/9/2020).

              Wakil Ketua Baleg DPR Willy Aditya mengatakan, agenda rapat dimulai pukul 10.00 WIB. Ia
              memastikan rapat digelar terbuka.

              "Besok jam 10 (pagi), terbuka," ujarnya saat dihubungi, Kamis (24/9/2020).

              Rapat pembahasan RUU Cipta Kerja memang terus dikebut DPR dan pemerintah meski berbagai
              pihak telah menyuarakan penolakan.

              Klaster ketenagakerjaan  utamanya menjadi sorotan publik karena dianggap merugikan pekerja
              dan mengutamakan kepentingan pebisnis atau investor.

              Hak-hak pekerja, seperti cuti dan libur, dikurangi melalui RUU Cipta Kerja.

              Pada Agustus lalu, DPR membentuk tim perumus RUU Cipta Kerja bersama sejumlah serikat
              buruh  sebagai  respons  atas  penolakan  massa  buruh  dan  pekerja  terhadap  klaster
              ketenagakerjaan. Setelah dua hari menggelar rapat, yaitu pada 20-21 Agustus, tim perumus
              menghasilkan empat kesepakatan soal klaster ketenagakerjaan.

              Salah satu kesepakatannya, yaitu materi klaster ketenagakerjaan yang mengatur soal perjanjian
              kerja waktu tertentu, upah, pesangon, hubungan kerja, PHK, jaminan sosial, dan penyelesaian
              hubungan industrial mesti berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK).

              Presiden  KSPI  Said  Iqbal  berharap  aspirasi  serikat  buruh  betul-betul  didengarkan  DPR  dan
              disampaikan kepada pemerintah saat rapat pembahasan klaster ketenagakerjaan. Namun di lain
              sisi, ia masih berharap klaster ketenagakerjaan bisa dicabut dari RUU Cipta Kerja.

              "Bagi kami DPR sudah bekerja menampung aspirasi rakyat. Tentang hasil kami akan ikuti terus
              dengan sungguh-sungguh, karena bagi kami hasil juga penting. Tapi setidak-tidaknya proses
              untuk menampung, bahan inisiasi tim perumus ini diinisiasi Pak Willy (Wakil Ketua Baleg Willy
              Aditya), tim besarnya inisiasi Pak Dasco (Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco), kami mengapresiasi,"
              kata Said, Jumat (21/8/2020).

                                                           345
   341   342   343   344   345   346   347   348   349   350   351