Page 65 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 28 SEPTEMBER 2020
P. 65

RUU CIPTA KERJA SEPAKATI HAPUSKAN UPAH MINIMUM SEKTORAL

              JAKARTA  --  Rancangan  Undang-Undang  Omnibus  Law  Cipta  Kerja  disepakati  oleh  DPR  dan
              Pemerintah  akan  menghilangkan  ketentuan  terkait  upah  minimum  sektoral  dari  seluruh
              kebijakan pengupahan yang ada pada peraturan perundang-undangan. Namun, apabila skema
              pengupahan sektoral itu sudah terlanjur diberikan perusahaan, maka skema yang diberikan itu
              tidak boleh dicabut, agar pekerja tidak mengalami degradasi pendapatan yang biasa diterima.

              "Terkait upah sektoral ini kan yang paling penting, apa yang diterima hari ini oleh pekerja tidak
              boleh berkurang kalau kemudian Undang-Undang Cipta Kerja ini disahkan," kata Ketua Badan
              Legislasi DPR RI Supratman Andi Agtas dalam rapat Panitia Kerja RUU Omnibus Law Cipta Kerja,
              di Senayan, Jakarta, Ahad (27/9).

              Kedua, Pemerintah dan DPR bersepakat tidak akan menghapus ketentuan terkait upah minimum,
              baik upah minimum provinsi maupun upah minimum kabupaten/kota dalam UU Ketenagakerjaan
              dengan RUU Omnibus Law Cipta Kerja.
              Keputusan itu yang paling penting, kata Supratman, karena pekerja maupun pengusaha harus
              mendapatkan  kepastian  hukum  tentang  adanya  kenaikan  upah  yang  diterima  pekerja  setiap
              tahunnya.  "Ini  memberikan  kepastian  hukum,  baik  kepada  pekerja  maupun  pengusaha,
              kepastian akan kenaikan upah itu yang paling penting dalam norma ini," kata Supratman.

              Dengan  adanya  keputusan  tidak  menghapus  ketentuan  upah  minimum  provinsi  dan
              kabupaten/kota, maka diharapkan upah pekerja saat ini tidak dikurangi sama sekali. Pemerintah
              yang diwakili oleh Staf Ahli Kementerian Koordinator Perekonomian Elen Setiadi sepakat dengan
              keputusan itu.

              Elen mengatakan bahwa pada dasarnya Pemerintah hanya bisa sepakat dengan dua ketentuan
              upah, yakni upah minimum provinsi dan upah minimum kabupaten/kota.

              Elen menyampaikan bahwa Pemerintah juga tidak sepakat dengan ketentuan soal upah minimum
              padat karya. "Pemerintah menyampaikan dua bentuk upah minimum sebagai safety net, yang
              pertama adalah upah minimum provinsi, kedua adalah upah minimum kabupaten/kota sesuai
              dengan persyaratan yang kami ajukan," kata Elen.

              Adapun persyaratan yang diajukan soal upah minimum kabupaten/kota adalah boleh diberikan
              dengan mempertimbangkan pertumbuhan daerah dan tingkat inflasi. Kendati pemerintah tidak
              sepakat dengan adanya ketentuan lain di luar dua ketentuan upah minimum yang disepakati
              tadi, kata Elen, perusahaan yang telah memberikan upah di atas dua ketentuan upah minimum
              tadi, tidak boleh mengurangi upah yang mereka berikan kepada pekerjanya.

              Menanggapi pernyataan Elen tersebut, Wakil Ketua Badan Legislasi DPR Willy Aditya meminta
              agar pemerintah membuatkan normanya dalam undang-undang. "Biar jaminan itu jelas bagi kita
              semua," kata Willy.
              Ketua Baleg DPR RI menegaskan bahwa norma itu harus ada. "Tolong nanti Tenaga Ahli (Baleg
              DPR), dicatat ya. Nanti untuk kami buat di Tim Perumus (Timus) RUU Cipta Kerja. Prinsipnya,
              Pemerintah  setuju  untuk  menjamin  tidak  ada  degradasi  terhadap  penghasilan  yang  existing
              sekarang. Setuju ya," kata Supratman.
              Implikasi  dari  keputusan  itu  ialah  provinsi  memiliki  kebijakan  pengupahan  yang  seragam
              menyesuaikan dengan ketentuan mengenai upah minimum provinsi dan kabupaten/kota.

              Selama ini, adanya ketentuan Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) yang nilainya 5 persen di
              atas  Upah  Minimum  Provinsi  (UMP)  menyebabkan  provinsi  telah  menetapkan  UMSP,  tidak
              memberlakukan UMP yang ditetapkan oleh pemerintah.

                                                           64
   60   61   62   63   64   65   66   67   68   69   70