Page 125 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 2 FEBRUARI 2021
P. 125

Pasalnya,  Mirah  menilai  RPP  merugikan  para  buruh.  Salah  satu  poin  yang  dipermasalahkan
              adalah terkait ancaman pemangkasan pesangon buruh menjadi setengah.
              Ia menyebut sudah menduga RPP tidak akan memberi ruang bagi buruh untuk memperjuangkan
              haknya  karena  aturan  telah  'dikunci'  dalam  UU  Cipta  Kerja.  RPP,  lanjutnya,  hanya  bersifat
              mendetailkan aturan dalam UU Ciptaker.

              Malah,  ia  menyebut  rincian  tersebut  bisa  jadi  mengurangi  hak  buruh  dan  malah  makin
              merugikan.

              "Misalnya PKWT, UU-nya kan tidak ada batas waktu. Nah, dalam PP-nya sama, tidak terlalu
              berbeda atau mencolok karena dalam UU sudah dikunci," jelasnya kepada CNNIndonesia.com
              pada Sabtu (30/1).

              Dia mengatakan RPP dan Omnibus Law Ciptaker kluster Ketenagakerjaan hanya 'melengkapi'
              penderitaan  publik  yang  mengalami  PHK  di  era  covid-19.  Pasalnya,  ia  menilai  aturan
              mempermudah pengusaha melakukan PHK dan meringankan pembayaran pesangon.

              "Kalau  pemerintah  bilang  UU  Ciptaker  untuk  investor  itu  cocok,  saya  setuju,  karena  akan
              menghilangkan beban para pengusaha untuk membayarkan kewajibannya kepada pekerja yang
              kaitannya dengan jaminan sosial," ujarnya.

              Sementara, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengaku tidak
              mempertimbangkan  isi  RPP  karena  sejak  awal  sudah  menolak  UU  Cipta  Kerja  kluster
              Ketenagakerjaan.

              Ia tak mau membahas RPP karena menurutnya tidak etis bagi pemerintah menerbitkan RPP
              sementara UU-nya sendiri tengah digugat di Mahkamah Konstitusi (MK).

              "UU  Ciptaker  kan  sedang  kami  gugat,  Kementerian  Ketenagakerjaan  harusnya  berjiwa
              negarawan, tidak mengeluarkan RPP sebelum ada keputusan MK," ujarnya.

              Sebelumnya,  pemerintah  merilis  Rancangan  Peraturan  Pemerintah  (RPP)  bidang
              Ketenagakerjaan, di antaranya tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja
              dan Waktu Istirahat, Serta Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang merupakan aturan turunan
              dari UU Nomor 11 tentang Cipta Kerja (UU Ciptaker).

              Dalam beleid dinyatakan, korban Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) karena perusahaan tutup
              dan merugi hanya bisa mengantongi pesangon 0,5 kali dari patokan yang diatur dalam Pasal 39
              (2) RPP tersebut.

              Namun, pekerja tetap mendapatkan uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak.

              Aturan serupa juga berlaku untuk korban PHK karena terjadi pengambilalihan perusahaan yang
              mengakibatkan terjadinya perubahan syarat kerja dan pekerja/buruh tidak bersedia melanjutkan
              hubungan kerja, dan perusahaan melakukan efisiensi yang disebabkan perusahaan mengalami
              kerugian.

              Kemudian,  perusahaan  tutup yang disebabkan  perusahaan  mengalami  kerugian  secara  terus
              menerus selama 2 tahun atau mengalami kerugian tidak secara terus menerus selama 2 tahun,
              perusahaan tutup yang disebabkan keadaan memaksa ( force majeur ), dan perusahaan dalam
              keadaan  penundaan  kewajiban  pembayaran  utang  yang  disebabkan  perusahaan  mengalami
              kerugian.

              Berikutnya, perusahaan pailit, dan pekerja/buruh melakukan pelanggaran ketentuan yang diatur
              dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama, dan sebelumnya
              telah diberikan surat peringatan pertama, kedua dan ketiga secara berturut-turut.
                                                           124
   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129   130