Page 196 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 JUNI 2021
P. 196
Judul PBB: Jumlah pekerja anak melonjak untuk pertama kalinya dalam dua
dekade
Nama Media kontan.co.id
Newstrend Jumlah Pekerja Anak
Halaman/URL https://internasional.kontan.co.id/news/pbb-jumlah-pekerja-anak-
melonjak-untuk-pertama-kalinya-dalam-dua-dekade
Jurnalis Prihastomo Wahyu Widodo
Tanggal 2021-06-10 11:01:00
Ukuran 0
Warna Warna
AD Value Rp 17.500.000
News Value Rp 52.500.000
Kategori Ditjen PPK & K3
Layanan Korporasi
Sentimen Positif
Ringkasan
PBB pada hari Kamis (10/6), merilis laporan terkait tingginya jumlah pekerja anak di seluruh
dunia. Jumlah pekerja anak saat ini disebut mengalami kenaikan untuk pertama kalinya dalam
dua dekade. Laporan bersama yang dirilis oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan badan
anak-anak PBB UNICEF, menunjukkan jumlah pekerja anak mencapai 160 juta pada awal 2020,
bertambah 8,4 juta dalam empat tahun.
PBB: JUMLAH PEKERJA ANAK MELONJAK UNTUK PERTAMA KALINYA DALAM DUA
DEKADE
PBB pada hari Kamis (10/6), merilis laporan terkait tingginya jumlah pekerja anak di seluruh
dunia. Jumlah pekerja anak saat ini disebut mengalami kenaikan untuk pertama kalinya dalam
dua dekade.
Laporan bersama yang dirilis oleh Organisasi Buruh Internasional (ILO) dan badan anak-anak
PBB UNICEF, menunjukkan jumlah pekerja anak mencapai 160 juta pada awal 2020, bertambah
8,4 juta dalam empat tahun.
Dilansir, kenaikan yang signifikan mulai terlihat menjelang pandemi. Hal ini membalikkan tren
penurunan jumlah pekerja anak antara tahun 2000 hingga 2016.
Ketika krisis akibat Covid-19 mulai memburuk, hampir satu dari 10 anak di seluruh dunia kini
berstatus sebagai pekerja anak. Anak-anak di kawasan sub-Sahara Afrika merasakan dampak
terparah.
ILO dan UNICEF memperingatkan bahwa akan ada 50 juta anak lagi yang akan masuk kategori
pekerja anak dalam dua tahun ke depan jika tidak ada tindakan serius untuk mengentaskan
kemiskinan.
"Kami kehilangan pijakan dalam perjuangan untuk mengakhiri pekerja anak. Krisis Covid-19
membuat situasi yang buruk menjadi lebih buruk," kata kepala UNICEF Henrietta Fore.
195