Page 236 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 11 JUNI 2021
P. 236

Lalu,  Federasi  Serikat  Pekerja  Rokok  Tembakau  Makanan  Minuman  SPSI  (FP  RTMM  SPSI),
              Gabungan Produsen Rokok Putih Indonesia (GAPRINDO), Gabungan Produsen Rokok Surabaya
              (GAPROSU), Lembaga Konsumen Rokok Indonesia (LKRI), Komite Nasional Pelestarian Kretek
              (KNPK), Perokok Bijak, dan Komunitas Kretek.

              Ketua Umum AMTI Budidoyo mengatakan bahwa ada tiga poin besar dalam sikap tersebut.

              Pertama,  revisi  PP  109/2012  bukan  termasuk  dalam  regulasi  yang  diprioritaskan  dalam
              Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2021 tentang Program Penyusunan Peraturan Pemerintah.

              Kedua, jalur prakarsa merupakan mekanisme untuk mendorong suatu peraturan karena situasi
              darurat. Faktanya sampai hari ini kedaruratan revisi PP 109/2012 masih dipertanyakan. Terlebih,
              pemangku kepentingan IHT tidak pernah dilibatkan dalam proses penyusunan kebijakan.

              Hal  ini  mengkhianati  amanah  peraturan  dan  perundang-undangan  karena  pemerintah
              seharusnya mengkonsultasikan kebijakan yang berdampak pada mata rantai IHT kepada para
              pemangku kepentingannya.

              "Poin ketiga, kami memohon kepada Presiden RI untuk menghentikan seluruh diskusi ataupun
              rencana  revisi  PP  109  Tahun  2012  karena  mengancam  keberlangsungan  IHT  dan  mata
              rantainya," katanya melalui keterangan pers, Rabu (9/6/2021).

              Budi menjelaskan bahwa penolakan dari elemen IHT didasari beberapa pertimbangan.

              Pertama,  fakta  bahwa  sampai  hari  ini  tidak  ada  satu  pun  pemangku  kepentingan  IHT  yang
              dilibatkan dalam diskusi revisi PP tersebut.

              Proses penyusunan kebijakan memang seperti sengaja dilakukan secara diam-diam, tertutup,
              serta tanpa mengindahkan amanah peraturan dan perundang-undangan.

              Lalu, kebijakan pengendalian tembakau saat ini sudah mengatur berbagai poin untuk membatasi
              iklan  media  luar  ruang,  iklan  televisi,  tempat  khusus  merokok  yang  terpisah,  dan  larangan
              menjual rokok kepada ibu hamil dan anak di bawah 18 tahun.

              Selain itu, saat ini kinerja IHT pada 2020 sudah turun sebesar 9,7 persen akibat kenaikan cukai
              tinggi,  dampak  pandemi,  serta  regulasi  yang  terus  menekan  sehingga  menimbulkan
              ketidakpastian usaha. Hingga April 2021, sektor IHT masih mengalami penurunan sebesar 6,6
              persen.

              Ketua KNPK Muhammad Nur Azami menjelaskan bahwa dampak yang ditimbulkan dari revisi PP
              109/2012 ini sangatlah dahsyat karena bukan hanya menghajar sistem bisnis industri melainkan
              juga mendeterminasi faktor sosial dari pelaku industri hulu ke hilir.

              Menurutnya, benang merah yang dihasilkan dari revisi PP 109 ini adalah menghajar bisnis pabrik
              rokok dengan kebijakan larangan-larangan yang berkaitan dengan pemasaran, distribusi dan
              perdagangan.
              Kemudian, aturan ini menghajar konsumen dengan pembatasan-pembatasan terhadap akses
              produk hasil tembakau dan stigmatisasi buruk di lingkungan sosial masyarakat.

              "Di hulu, petani tidak dapat menjual tembakau dan cengkeh sehingga mereka terpaksa untuk
              berhenti menanam tembakau," paparnya.






                                                           235
   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241