Page 244 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 JULI 2021
P. 244

LUHUT JAMIN PEKERJA NON ESENSIAL YANG WFH TAK AKAN DIPECAT

              Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat yang diumumkan pemerintah
              pada 3-20 Juli membuat beberapa sektor pekerja diwajibkan menerapkan aturan bekerja dari
              rumah atau work from home (WFH). Hanya perusahaan di sektor esensial yang masih dizinkan
              beroperasi di masa PPKM Darurat .

              Namun  kebijakan  tersebut  menimbulkan  kekhawatiran  adanya  pemecatan  oleh  perusahaan
              kepada para pekerja. Sehingga tidak sedikit pekerja yang tetap masuk ke kantor di masa PPKM
              Darurat .

              Menjawab  kekhawatiran  itu,  Menteri  Koordinator  Bidang  Kemaritiman  dan  Investasi  (Menko
              Marves) Luhut B. Pandjaitan menegaskan bahwa karyawan yang tidak bekerja di kantor untuk
              perusahaan sektor non-esensial dipastikan tidak diberhentikan dari tempat ia bekerja.

              Luhut menegaskan, pemerintah akan menyampaikan kepada perusahaan non esensial agar tidak
              memberhentikan  karyawan  yang  tidak  bekerja  di  kantor.  Ia  juga  memastikan  dan  telah
              berkoordinasi dengan Menteri Ketenagakerjaan untuk dapat mengeluarkan surat perintah agar
              perusahan sektor non-esensial tidak memberhentikan karyawannya yang bekerja di kantor dan
              wajib memerintahkan seluruh karyawannya agar dapat bekerja dari rumah (WFH).

              "Saya  sebagai  Koordinator  PPKM  Darurat  memastikan  agar  karyawan  yang  tidak  bekerja  di
              kantor untuk perusahaan sektor non-esensial yang sedang menjalankan Work From Home (WFH)
              tidak dapat diberhentikan secara sepihak oleh Perusahaan atau dilakukan pemecatan," tegas
              Luhut dalam konferensi pers secara virtual, Senin, 5 Juli 2021.
              Luhut juga meminta kepada karyawan yang tetap diminta hadir di kantor di masa PPKM Darurat
              untuk melaporkan kepada pemerintah, khususnya di wilayah DKI Jakarta melalui dinas tenaga
              kerja di masing-masing Provinsi, atau dapat melapor melalui Aplikasi JAKI milik Pemprov DKI
              Jakarta .
              "Hal ini tentunya akan menurunkan jumlah mobilitas warga terutama yang tinggal di Bogor,
              Depok, Tangerang, dan Bekasi yang rata-rata bekerja di Jakarta," jelasnya.

              Dalam penerapan kebijakan ini, Menko Luhut meminta dukungan dari Gubernur DKI Jakarta,
              Kapolda Metro Jaya, dan Pangdam Jaya untuk turun ke lapangan mengecek ke masing-masing
              Industri yang masih beroperasi yang bukan sektor non-esensial dan tidak segan memberikan
              sanksi tegas kepada perusahaan tersebut.

              "Gubernur sudah mengeluarkan aplikasi registrasi, jadi dari situ yang boleh WFO atau melakukan
              mobilitas hanya yang bekerja dalam kategori esensial dan critical saja. Besok akan kita eksekusi,"
              ungkap Menko Luhut .

              Menambahkan apa yang diungkapkan Menko Luhut, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang
              juga hadir dalam konferensi pers mengungkapkan bahwa pihaknya membuat sistem registrasi
              STRP (Surat Tanda Registrasi Pekerja).

              "Terkait  pelaksanaan  pembatasan  jalan  tadi  pagi  kita  menyaksikan  jalan  masuk  di  Jakarta
              mengalami kepadatan luar biasa, oleh sebab itu langkah yang dilakukan untuk pengendalian ini
              adalah dengan membuat sistem registrasi untuk pekerja sektor esensial dan sektor critical. Para
              pekerja bisa melakukan registrasi untuk mendapatkan STRP (Surat Tanda Registrasi Pekerja),"
              paparnya.

              Ditambakan Anies, hal itu menjadi alat bukti untuk bisa berkegiatan di Jakarta . Sementara untuk
              ASN, cukup membawa bukti kepegawaian tanpa harus registrasi karena memang pemerintahan
              bisa berkegiatan sebagai sektor yang dikecualikan.***.

                                                           243
   239   240   241   242   243   244   245   246   247   248   249