Page 128 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 FEBRUARI 2021
P. 128

ROY SEMBEL KEBERATAN KASUS BPJS KETENAGAKERJAAN DISAMAKAN DENGAN
              KORUPSI DI JIWASRAYA
              Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono, JAKARTA - Pakar ekonomi Roy Sembel
              menilai potensi kerugian BPJS Ketenagakerjaan tidak dapat disamakan dengan persoalan yang
              ada di PT Asuransi Jiwasraya .

              Roy Sembel menjelaskan, Asuransi Jiwasraya sudah mulai bermasalah lebih dari satu dekade
              lalu, di mana pengelolaan portfolio tidak cocok dengan data statistik yang kurang akurat.

              "Data yang digunakan kependudukan, statistiknya belum ada yang akurat pada tahun 2000-an,
              akibatnya  pengeluaran  lebih  besar  dari  pemasukannya  sehingga  defisit,"  ucap  Roy  di  acara
              diskusi Pengelolaan Investasi dan Potensi Unrealized Loss pada Lembaga Milik Negara, Apakah
              Pasti Menjadi Kerugian Negara?, Selasa (23/2/2021).

              Dari defisit keuangan tersebut, kata Roy, pengelola Asuransi Jiwasraya melakukan tambal sulam
              dengan  mengeluarkan  produk  asuransi  yang  berbahaya  atau  berisiko  tinggi  dalam  investasi
              jangka menengah dan panjang.

              "Porsi saham yang dilakukan Jiwasraya karena mengejar keuntungan tinggi, maka diperbesar.
              Alokasi asetnya ini banyak di saham goreng-gorengan," paparnya.

              Sementara, kasus di BPJS Ketenagakerjaan, Roy menuturkan asetnya paling besar dialokasikan
              ke  surat  utang  64  persen,  saham  17  persen,  deposito  10  persen,  reksdana  8  persen,  dan
              investasi langsung 1 persen.

              "Sebanyak 98 persen dari portofolio saham, BPJS Ketenagakerjaan ditempatkan pada saham
              LQ45," tutur Roy.

              Chairman Infobank Institute Eko B. Supriyanto mengatakan, investasi di pasar modal kadangkala
              mengalami kenaikan dan penurunan, tergantung dengan kondisi perekonomian, maupun emiten
              tersebut.

              "Kalau  ekonomi  sedang terpuruk,  seperti  di  awal-awal  pandemi  Covid-19  Maret  2020,  harga
              saham  berguguran.  Namun,  ketika  mulai  membaik  dan  banjir  likuiditas,  maka  harga  saham
              kembali terbang," tuturnya.

              Selama Agustus-September 2020 BPJS Ketenagakerjaan mengalami unrealized loss hingga Rp
              43 triliun.

              Kemudian, pada akhir Desember 2020 angkanya turun menjadi Rp 22,31 triliun, dan pada posisi
              Januari 2021 unrealized loss tinggal Rp14,42 triliun.






















                                                           127
   123   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133