Page 129 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 NOVEMBER 2020
P. 129

Menurut Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat Taufik Garsadi,
              salah satu alasan yang melandasi tidak naiknya upah karena banyak perusahaan di Jawa Barat
              yang  pendapatannya  jauh  dari  target  dampak  pandemik  Covid-19.  Pandemik  juga  membuat
              perusahaan  sudah  melakukan  pemutusan  hubungan  kerja  (PHK),  pemotongan  gaji,  hingga
              merumahkan sementara sebagian pekerjanya.

              Menurut Taufik, berdasarkan data yang dihimpun hingga 20 Oktober 2020, setidaknya ada 1.983
              perusahaan  yang  terdampak karena  wabah  yang  sudah  ada  sejak  Februari  ini.  Dari total  ini
              jumlah pekerja yang ikut merasakan dampaknya mencapai 111.985 orang.


              Industri yang paling banyak melakukan PHK, kata dia, ada di sektor tekstil dan produk teksil
              mencapai 54,15 persen. Peringkat kedua sektor industri yang paling banyak mem-PHK adalah
              manufaktur 23,80 persen.

              "Ini baru data terakhir saja. Tapi masih banyak perusahaan yang belum melaporkan atau masih
              dalam proses pelaporan," ujar Taufik kepada wartawan, Selasa (3/11).


              Saat ini, kata dia, ada 19.089 pekerja yang telah terkena PHK, yang terdiri dari 460 perusahaan.
              Sedangkan yang dirumahkan angkanya mencapai 80.138 pekerja dari 983 perusahaan. "Jadi
              total yang di-PHK dan dirumahkan sejauh ini terdata ada 99.227 orang," kata Taufik.

              Saat ini, kata dia, jumlah rinci data terbaru di November memang belum ada. Disnaker di 27
              kabupaten/kota  masih  melakukan  pendataan  dan  mengkonfimasi  bersamaan  dengan  BPJS
              Ketenagakerjaan.


              Berikut data lengkap presentase sektor industri yang telah melakukan PHK: 1. Tekstil dan produk
              tekstil: 54,15 persen 2. Manufaktur: 23,80 persen 3. Akomodasi/restoran: 5,85 persen 4. Sektor
              lainnya: 3,71 persen 5. Perdagangan: 3,33 persen 6. Makanan dan Minuman: 2,70 persen 7.
              Otomotif: 2,67 persen 8. Elektronik: 2,24 persen 9. Pariwisata: 1,25 persen 10. Konstruksi: 0,25
              persen 11. Pertanian: 0,05 persen.


































                                                           128
   124   125   126   127   128   129   130   131   132   133   134