Page 220 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 APRIL 2021
P. 220

KEMNAKER: PEKERJA KONTRAK DAN OUTSOURCING TETAP BERHAK TERIMA THR,
              BERIKUT PERHITUNGANNYA.
              Direktur Jenderal Pembinaan Hubungan Industrial dan Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PHI dan
              Jamsos ) Kementerian Ketenagakerjaan Indah Anggoro Putri memastikan pekerja dengan status
              outsourcing (alih daya), kontrak, ataupun pekerja tetap (PKWT dan PKWTT) berhak menerima
              Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan.

              Pembayaran THR Keagamaan ini sesuai Surat Edaran (SE) Nomor M/6/HK.04/IV/2021 tentang
              Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan Tahun 2021 bagi Pekerja/Buruh
              di Perusahaan, pada prinsipnya mewajibkan pengusaha untuk memberi THR Keagamaan secara
              penuh kepada pekerja/buruhnya pada H-7 Lebaran.

              "THR Keagamaan wajib diberikan dalam bentuk uang rupiah dan paling lambat 7 hari sebelum
              hari raya keagamaan," kata Putri dalam keterangan tertulis dikutip, Senin (26/4/2021).

              Putri  mengatakan  ada  tiga  jenis  pekerja/buruh  yang  berhak  memperoleh  THR  Keagamaan.
              Pertama,  pekerja/buruh  berdasarkan  PKWT  (Perjanjian  Kerja  Waktu  Tertentu)  atau  PKWTT
              (Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu) yang memiliki masa kerja 1 bulan secara menerus atau
              lebih.

              Kedua, pekerja/buruh berdasarkan PKWTT yang mengalami PHK oleh pengusaha terhitung sejak
              H-30 hari sebelum hari raya keagamaan. Ketiga, pekerja/buruh yang dipindahkan ke perusahaan
              lain dengan masa kerja berlanjut, apabila dari perusahaan lama belum mendapatkan THR.

              "THR wajib dibayar penuh dan tepat waktu. Dalam pembayaran THR tidak ada perbedaan status
              kerja.  Para  pekerja  outsourcing  maupun  pekerja  kontrak,  asalkan  telah bekerja  selama  satu
              bulan atau lebih dan masih memiliki hubungan kerja pada saat hari keagamaan berlangsung,
              maka berhak mendapatkan THR juga," kata Putri.

              Ketentuan besarnya THR berdasarkan peraturan THR Keagamaan adalah 1 bulan upah untuk
              pekerja/buruh  yang  mempunyai  masa  kerja  12  bulan  secara  terus  menerus  atau  lebih,
              sedangkan pekerja/buruh yang masa kerjanya 1 bulan secara terus menerus sampai dengan
              kurang dari 12 bulan, berhak mendapat THR yang dihitung secara proporsional sesuai masa
              kerjanya.
              Penghitungan upah sebulan yakni upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih; atau
              upah pokok termasuk tunjangan tetap. Apabila upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tidak
              tetap maka perhitungan THR dihitung berdasarkan upah pokok.

              "Dari  perhitungan  upah  tersebut,  tidak  menutup  kemungkinan  perusahaan  juga  dapat
              memberikan THR yang nilainya lebih besar dari peraturan perundang-undangan, di mana hal
              tersebut  terlebih  dahulu  ditetapkan  dalam  perjanjian  kerja,  peraturan  perusahaan  atau
              perjanjian  kerja  bersama  atau  kebiasaan  yang  selama  ini  memang  telah  dilakukan  oleh
              perusahaan," katanya.

              Adapun pekerja dan buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian, upah satu bulan
              dihitung melalui dua ketentuan. Ketentuan itu yaitu memiliki masa kerja 12 bulan atau lebih
              (rata-rata upah yang diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya) dan masa kerja kurang
              dari 12 bulan (rata-rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja).








                                                           219
   215   216   217   218   219   220   221   222   223   224   225