Page 555 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 APRIL 2021
P. 555

3 STATUS BURUH YANG BERHAK MENERIMA THR

              Setiap buruh pasti menantikan Tunjangan Hari Raya (THR) keagamaan yang diberikan pemberi
              kerja sebelum hari raya keagamaan. THR merupakan kewajiban pemberi kerja kepada buruhnya.
              Tapi, tidak semua buruh bisa mendapatkan THR keagamaan karena ketentuannya menyebut
              pengusaha wajib memberikan THR keagamaan kepada buruh yang telah memiliki masa kerja 1
              bulan secara terus menerus atau lebih.

              Dirjen  Pembinaan  Hubungan  Industrial  dan  Jaminan  Sosial  Tenaga  Kerja  (PHI  dan  Jamsos)
              Kementerian Ketenagakerjaan, Indah Anggoro Putri, mengatakan buruh berstatus outosurcing
              (alih daya), kontrak (perjanjian kerja waktu tertentu/PKWT), atau pekerja tetap (perjanjian kerja
              waktu tidak tertentu/PKWTT), berhak menerima THR. Dia juga mengingatkan telah terbit SE
              No.M/6/HK.04/IV/2021 tentang Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan
              Tahun 2021 bagi Pekerja/Buruh di Perusahaan. SE ini intinya mewajibkan pengusaha memberi
              THR secara penuh kepada buruh paling lambat H-7 lebaran.

              Putri menjelaskan ada 3 jenis atau status buruh yang berhak menerima THR.

              Pertama, buruh PKWT atau PKWTT yang memiliki masa kerja 1 bulan secara terus-menerus atau
              lebih.

              Kedua, buruh berstatus PKWTT yang mengalami PHK 30 hari sebelum hari raya keagamaan.

              Ketiga, buruh yang dipindahkan oleh pengusaha ke perusahaan lain dengan masa kerja berlanjut
              dan apabila dari perusahaan yang lama belum diberikan THR.

              "THR wajib dibayar penuh dan tepat waktu. Dalam pembayaran THR tidak ada perbedaan status
              kerja. Para pekerja outsourcing maupun pekerja kontrak, asalkan telah bekerja selama 1 bulan
              atau lebih dan masih memiliki hubungan kerja pada saat hari keagamaan berlangsung, maka
              berhak mendapatkan THR juga," kata Putri dalam keteranga tertulisnya, Minggu (25/4/2021).

              ( "Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan tunjangan tidak tetap maka perhitungan THR
              dihitung berdasarkan upah pokok," ujarnya.

              Kendati ketentuan yang ada telah mengatur besaran THR yang diberikan pengusaha kepada
              buruh, Putri mengatakan perusahaan bisa memberikan THR dengan nilai yang lebih besar dari
              peraturan perundang-undangan. Pengaturannya dilakukan melalui perjanjian kerja, peraturan
              perusahaan atau perjanjian kerja bersama.
              Bagi buruh dengan status perjanjian kerja harian, upah satu bulan dihitung melalui 2 ketentuan.
              Pertama, masa kerja 12 bulan atau lebih upah 1 bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang
              diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya keagamaan. Kedua, masa kerja kurang dari
              12 bulan, upah 1 bulan dihitung berdasarkan rata-rata upah yang diterima setiap bulan selama
              masa kerja.

              Posko THR

              Sebelumnya, Menteri Ketenagakerjaan, Ida Fauziyah telah meluncurkan Posko THR Tahun 2021.
              Ia mengatakan posko ini bertujuan memberi pelayanan informasi, konsultasi, dan pengaduan
              atas pelaksanaan pembayaran THR. "Keberadaan Posko THR Keagamaan ini merupakan bentuk
              fasilitasi pemerintah agar hak pekerja/buruh untuk mendapatkan THR Keagamaan benar-benar
              bisa dibayarkan sesuai ketentuan yang ada," katanya dalam keterangan tertulisnya, Senin (19/4)
              lalu.

              Pelayanan  yang  diberikan  Posko  THR  dapat  dimanfaatkan  oleh  buruh,  pengusaha,  dan
              masyarakat  umum.  Pelayanan  dilakukan  secara  tatap  muka  langsung  atau  luring  di  ruang

                                                           554
   550   551   552   553   554   555   556   557   558   559   560