Page 107 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 DESEMBER 2020
P. 107
KEMNAKER BANTAH PEMBAHASAN UU CIPTA KERJA KLASTER KETENAGAKERJAAN
TERTUTUP
Plt. Kepala Biro Hukum Sekretariat Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan, Reni Mursidayanti
membantah jika proses pembahasan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja Klaster Ketenagakerjaan
dilakukan secara tertutup.
Sebab, pihaknya mengklaim telah melibatkan stakeholders terkait untuk menyerap aspirasi
sesuai perintah Presiden Jokowi.
"Tidak benar bahwa proses pembahasan klaster Ketenagakerjaan dalam UU Cipta Kerja
dilakukan secara tidak terbuka atau tidak terang-terangan. Justru klaster Ketenagakerjaan
dibahas paling terakhir, karena suntuk menyerap aspirasi dari stakeholders terkait sesuai arahan
presiden Jokowi," tegasnya dalam acara Serap Aspirasi UU Cipta Kerja di Banjarmasin, Senin
(30/12).
Dijelaskan Reni, sedari awal proses pembahasan klaster Ketenagakerjaan UU Cipta Kerja penting
untuk menitik beratkan pada pelibatan partisipasi publik khususnya stakeholders terkait.
Contohnya, dalam pembahasan Tripartit Nasional untuk klaster Ketenagakerjaan telah
melibatkan unsur serikat pekerja/buruh dan unsur pengusaha seperti Apindo dan Kadin.
"Pertemuan sendiri dilakukan sebanyak 9 kali dalam rentang 8 Juli-23 Juli 2020," jelas dia.
Selain itu, dalam proses pendalaman materi terkait, Baleg DPR RI juga melakukan serangkaian
Rapat Dengar Dendapat Umum (RDPU) yang mengundang sejumlah narsumber. Diantaranya
dari kalangan Ahli, Akademisi, Asosiasi Pengusaha, Serikat Pekerja, dan Tokoh Masyarakat sesuai
materi pembahasan.
Pun, saat ini proses penyusunan peraturan pelaksanaan UU Cipta Kerja juga dilakukna secara
transparan melalui pemanfaatan teknologi digital. Dimana melalui situs www.uu-ciptakerja.go.id,
masyarakat dapat mengakses dan mengunduh draft aturan turunan yang telah dipublikasikan.
"Jadi, tidak benar kalau pemerintah tidak melakukan pembahasan terhadap UU Cipta Kerja tanpa
mendengar aspirasi dari publik ataupun stakeholders terkait," tuturnya.
Sebelumnya, Deputi Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KPSI), Muhammad Rusdi,
menyebut pihaknya tegas menolak Omnibus Law Cipta Kerja yang diusulkan pemerintah. Dia
menilai proses pembahasan RUU Omnibus Law yang berlangsung tertutup melanggar aturan
perundang-undangan yang berlaku.
"Bahasan RUU Omnibus itu dari awal tertutup, bertentangan dengan undang-undang,"
ungkapnya dalam acara konferensi pers di Hotel Mega Proklamasi, Jakarta Pusat, kemarin.
Rusdi juga mengutarakan rasa kekecewaan terhadap pemerintah, karena tidak dilibatkannya
perwakilan buruh dalam proses penyusunan Omnibus Law Cipta Kerja.
"KSPI tidak pernah diundang dan tidak pernah diminta pandangan oleh menko perekonomian,
masuk ke dalam tim yang dibentuk berdasarkan SK Menko Perekonomian No.121 Tahun 2020,"
tegasnya.
106