Page 4 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 JUNI 2020
P. 4

Ringkasan


              Program Kartu Pra-Kerja kembali disoal. KPK menilai pelaksanaannya berpotensi diselewengkan,
              fiktif, tidak efektif, dan merugikan keuangan negara. Perlu dilakukan evaluasi dan dihentikan
              untuk gelombang selanjutnya.

              Sepucuk surat yang ditandatangani Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri,
              yang  dialamatkan  ke  meja  Menteri  Koordinator  Bidang  Perekenomian  Airlangga  Hartarto,
              menjadi bahasan baru dalam polemik Kartu Pra-Kerja. Kali ini, KPK ikut ambil bagian dalam
              mengkritisi sistem Kartu Pra-Kerja yang bujetnya mencapai Rp20 triliun dan sudah berjalan tiga
              gelombang.

              PROGRAM TRILIUNAN MINIM PENGAMAN

              Program Kartu Pra-Kerja kembali disoal. KPK menilai pelaksanaannya berpotensi diselewengkan,
              fiktif, tidak efektif, dan merugikan keuangan negara. Perlu dilakukan evaluasi dan dihentikan
              untuk gelombang selanjutnya.


              Sepucuk surat yang ditandatangani Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Firli Bahuri,
              yang  dialamatkan  ke  meja  Menteri  Koordinator  Bidang  Perekenomian  Airlangga  Hartarto,
              menjadi bahasan baru dalam polemik Kartu Pra-Kerja. Kali ini, KPK ikut ambil bagian dalam
              mengkritisi sistem Kartu Pra-Kerja yang bujetnya mencapai Rp20 triliun dan sudah berjalan tiga
              gelombang.

              Dalam  surat  bernomor  B/2492/LIT.05/01-15/06/2020,  bertanggal  2  Juni  2020  itu,  KPK
              menyatakan  telah  mengkaji  dokumen,  mewawancarai  para  pemangku  kepentingan,  serta
              mencari informasi lain. Dari hasil kajiannya, KPK mengidentifikasi sejumlah masalah, dari tahap
              pendaftaran peserta, kemitraan dengan platform digital, hingga materi pelatihan.

              Di tahap pendaftaran peserta, misalnya, KPK menilai project management office (PMO) belum
              memaksimalkan utilisasi NIK untuk validasi peserta. Bahkan, KPK menemukan sebagian besar
              peserta  yang  diterima  oleh  Program  Kartu  Pra-Kerja  ternyata  bukan  orang  yang  disasar
              Kementerian Tenaga Kerja (Kemenaker) dan Badan Penyelenggara (BP) Jamsostek.

              Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata, menyebut dari 1,7 juta orang yang masuk dalam daftar
              whitelist Kemenaker dan BP Jamsostek, hanya sekitar 143.000 yang diterima di program Kartu
              Pra-Kerja. Sedangkan sekitar 9,4 juta pendaftar Kartu Pra-Kerja bukanlah pihak yang disasar
              oleh program tersebut.

              Komisi  antirasuah  juga  menemukan  pemborosan  dalam  pengadaan  fitur  face  recognition.
              "Penggunaan fitur face recognition untuk kepentingan pengenalan peserta dengan anggaran Rp
              30,8 miliar ini tidak efisien. Sebab, penggunaan NIK dan keanggotaan BP Jamsostek sudah
              memadai," kata Alex di Gedung Merah Putih KPK Jakarta, Kamis pekan lalu.

              Sedangkan untuk aspek kemitraan, KPK menemukan bahwa penunjukan delapan mitra penyedia
              layanan  pelatihan  tidak melalui  mekanisme  pengadaan  barang  dan  jasa  pemerintah  (PBJP).
              Sementara  itu,  kurasi  materi  pelatihan  tidak  dilakukan  dengan  kompetensi  yang  memadai.
              Misalnya, dari total 1.895 pelatihan hanya 24% yang dinilai layak, dan dari jumlah itu hanya
              55% yang layak diberikan dengan metode daring.


                                                            3
   1   2   3   4   5   6   7   8   9