Page 34 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 JUNI 2021
P. 34
LEMBAGA KURSUS DAN PELATIHAN ALTERNATIF TINGKATKAN KOMPETENSI
Jalur pelatihan dan kursus menjadi salah satu solusi untuk menjawab peningkatan kompetensi
baru yang mendesak.Hal tersebut disampaikan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Wikan Sakarinto dalam acara diskusi publik
bertajuk "Masa Pandemi, Masanya Tingkatkan Kompetensi Diri", Senin (28/6).
Menurut Wikan, terdapat 16.000 lembaga kursus dan pelatihan (LKP) yang menawarkan kursus
singkat berbagai keahlian yang juga berstandar dunia kerja. LKP juga harus bisa jadi jejaring
sosial untuk meningkatkan keahlian sumber daya manusia (SDM) di dunia kerja.
Penyelenggaraan kursus dan pelatihan yang fleksibel membuat LKP seharusnya bisa lebih cepat
menjawab kebutuhan peningkatan kompetensi SDM di dunia kerja.
Dana Bos Sudah Disalurkan Rp36 T, Gunakan untuk Persiapan PTM Abdul Malik dari Pusat Studi
Pendidikan dan Kebijakan mengatakan, keberadaan LKP menjadi strategis untuk merespons
dinamika yang cepat dalam dunia kerja. LKP memiliki keleluasaan dan fleksibilitas untuk
mengembangkan kurikulum dan pembelajaran yang lebih berorientasi pasar kerja dalam waktu
singkat, tetapi berkualitas dan berstandar dunia kerja.
"Dalam pendidikan vokasi, batas antara yang formal dan nonformal sudah hilang. Karena
pendidikannya untuk memastikan kompetensi atau keterampilan penting yang dibutuhkan untuk
mengerjakan suatu tugas harus bisa dikuasai. Jadi, Kemendikbud-Ristek harus memastikan LKP
yang ada terakreditasi dengan baik supaya sesuai standar nasional dan internasional," kata
Abdul.
Menurut Abdul, penjaminan mutu LKP dengan menegakkan standar dalam menyusun kurikulum
dan pembelajaran hingga praktik menjadi penting ketika kebutuhan peningkatan kompetensi diri
semakin meningkat.
"Harus dipastikan apa yang dilatihkan dan proses pembelajaran untuk memberi kompetensi,
hingga pengujian dilakukan berdasarkan tuntutan standar kompetensi jabatan atau okupansi
yang diakui di dalam negeri dan di banyak negara," paparnya.
Abdul menambahkan, masa pandemi justru harus dimanfaatkan untuk memperkuat investasi
SDM dunia kerja dengan memperkuat kompetensi. Sebagai contoh, Jepang, yang pada tahun
1980-an menghadapi resesi, memiliki kebijakan perusahaan tidak memutus hubungan kerja para
tenaga kerja. Namun, tenaga kerja dididik kembali untuk meningkatkan kompetensi sehingga
ketika situasi ekonomi pulih, perusahaan segera bisa bangkit kembali.
"LKP ini bisa untuk prakerja hingga pendidikan dalam jabatan untuk meningkatkan kompetensi
atau mempelajari kompetensi baru. Keberadaan LKP bermutu jadi infrastruktur utama untuk
yang paling langsung dalam peningkatan kompetensi SDM untuk dunia kerja," kata Abdul. (H-
3).
33