Page 216 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 NOVEMBER 2021
P. 216

TUNTUTAN KENAIKAN UPAH BURUH SULIT DIPENUHI

              Keinginan buruh akan kenaikan upah tahun 2022 sebesar 13,5 persen dari UMK 2021 sepertinya
              kandas. Pasalnya, sesuai dengan aturan UU Cipta Kerja dan Peraturan Pemerintah (PP) tentang
              Pengupahan sebelumnya kenaikanya hanya 1,5 persen saja.

              Gubernur  Banten  VVahidin  Halim  (WH)  dalam  siaran  persnya,  Rabu  (2/  11)  menjelaskan
              penentuan  Upah  Minimum  Provinsi  (UMP)  dan  atau  Upah  Minimum  Kabupaten/Kota  (UMK)
              mengacu pada aturan normatif yang ditetapkan Pemerintah Pusat. Penetapan UMP dan atau
              UMK tak bisa bergeser dari aturan Perundang-Undangan.

              "Sesuai peraturan (penetapan UMP/UMK, red) tak bisa bergeser dari situ (aturan Perundang-
              undangan, red) " kata WH.

              Dijelaskan, bahwa peraturan tentang penetapan UMP dan UMK harus melalui mekanisme sesuai
              peraturan perundang-undangan yang berlaku.

              Adapun aksi ujukrasa yang dilakukan oleh buruh belakangan ini dikatakan WH adalah hal yang
              harus dihormati. "Demo tidak dilarang untuk menyampaikan aspirasi, tetapi ketika sudah menjadi
              kesepakatan, sudah ada keputusan, semua harus mematuhinya. Kalau sudah ada kesepakatan,
              sudah ada keputusan, ya sudah," ujarnya.

              Seperti diketahui, pembahasan UMP dan UMK sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 11
              taun  2020  tentang  Cipta  Kerja  (UU  Cipta  Kerja)  dan  PP  Nomor  36  tahun  2021  tentang
              Pengupahan. Regulasi tersebut salah satunya mengatur perhitungan upah buruh dengan formula
              baru.

              Terpisah, Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Banten Al Hamidi menegaskan pemprov-
              memperhatikan  dan  mencermati  semua  aspirasi  dari  berbagai  elemen  masyarakat  terutama
              pekerja/buruh terkait upah minimun.

              "Hingga  saat  ini,  Pemprov  Banten  masih  menunggu  dan  berkoordinasi  dengan  Kementerian
              Tenaga Kerja tentang petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis peneta- pan Upah Minimum
              sesuai regulasi," jelasnya.

              Dijelaskan, tahapan penetapan upah minimum yaitu setelah ada surat Kementerian Tenaga Kerja
              yang  berisi  petunjuk  pelaksanaan,  petunjuk  teknis,  nilai  inflasi,  dan  pertumbuhan  ekonomi
              masing-masing  provinsi,  kemudian  Dewan  Pengupahan  Provinsi  mengadakan  rapat  untuk
              memberikan saran atau ertimbangan kepada Gubernur dalam rangka penetapan UMP.

              Selain itu, untuk menindaklanjuti Surat Menaker dimaksud, Gubernur Banten membuat surat
              edaran  kepada  Bupati/Walikota  Se-Provinsi  Banten  yg  berisi  juklak/juknis  sebagaimana
              dijelaskan dalam surat Menaker tersebut dan menjadi pedoman dalam rapat Dewan Pengupahan
              Kabupaten/ Kota untuk membahas UMK. "Hasil rapat pleno Dewan Pengupahan Kabupaten/Kota
              disampaikan  kepada  Bupati/walikota  dan  Bupati/  Walikota  memberikan  rekomendasi  usulan
              tentang besaran Upah Minimum Kabupaten/Kota kepada Gubernur," papar Al Hamidi.

              Dengan demikian Rapat Dewan Pengupahan Provinsi dilaksanakan 2 kali yaitu untuk membahas
              dan menyampaikan rekomendasi saran dan pertimbangan kepada Gubernur untuk ditetapkan
              UMP  yang  diumumkan  selambat-lambatnya  tanggal  21  November  dan  rapat  pembahasan
              saran/pertimbangan  terkait  UMK  yang  harus  diumumkan  selambat-lambatnya  tanggal  31
              Nopember.

              "Yang menjadi pertimbangan penetapan upah adalah murni regulasi," pungkasnya.(Rus/ENK)



                                                           215
   211   212   213   214   215   216   217   218   219   220