Page 71 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 5 NOVEMBER 2021
P. 71

TJAHJO KUMOLO DORONG OPTIMALISASI LTSA BAGI PEKERJA MIGRAN

              Pelayanan perlindungan bagi pekerja migran Indonesia (PMI) melalui Layanan Terpadu Satu
              Atap (LTSA) perlu dijalankan secara optimal.

              Upaya tersebut dilakukan sebagai bentuk menciptakan layanan yang cepat, mudah, murah, dan
              aman  bagi  calon  pekerja  migran,  serta  meningkatkan  pelindungan  bagi  pekerja  migran  dan
              keluarganya.

              Hal itu disampaikan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB)
              Tjahjo  Kumolo  dalam  Rapat  Koordinasi  Teknis  Badan  Pelindungan  Pekerja  Migran  Indonesia
              (BP2MI), di Kabupaten Badung, Bali, Kamis (4/11/2021).

              "Optimalisasi perlindungan pekerja migran perlu dilaksanakan secara kolaboratif antar-instansi
              pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah," ujar Tjahjo.
              Disampaikan bahwa pada level pemerintah pusat, Kementerian Ketenagakerjaan, Kementerian
              Luar Negeri, dan BP2MI mempunyai peran strategis dalam penanganan perlindungan pekerja
              migran.

              Selain itu, layanan perlindungan dan penempatan yang diberikan juga perlu didukung dengan
              kementerian dan lembaga sektor serta aparat penegak hukum.

              Sedangkan  pada  level  pemerintah  daerah,  masing-masing  pemerintah  provinsi,  pemerintah
              kabupaten dan kota, hingga pemerintah desa perlu menyusun strategi dalam implementasi peran
              pelindungan pekerja migran Indonesia.

              Dimana  salah  satu  tugas  yang  diemban  oleh  pemerintah  daerah  adalah  LTSA  Pelindungan
              Pekerja Migran Indonesia.

              Pemerintah  daerah  secara  bersama-sama  mempunyai  tanggung  jawab  dalam  pelindungan
              pekerja migran Indonesia.
              Menteri Tjahjo juga menyampaikan jika layanan perlindungan pekerja migran perlu dilakukan
              secara  koheren,  sejak  pra  penempatan,  masa  penempatan,  dan  purna  penempatan.  Hal  ini
              bukan saja berlaku bagi pekerja migran, namun juga beserta keluarganya.

              Kendati  demikian,  mantan  Menteri  Dalam  Negeri  ini  menyebutkan  bahwa  mewujudkan
              pelayanan yang optimal bagi pekerja migran masih menyimpan sejumlah permasalahan.

              Di antaranya adalah pembentukan LTSA yang belum secara merata menjangkau wilayah kantong
              PMI. Kemudian masih terjadinya silo sistem layanan dan pengelolaan data PMI.

              Tantangan  tersebut  dapat  dihindari  melalui  penataan  kelembagaan,  dimana  masing-masing
              kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah melakukan pengecekan ulang terhadap tugas
              dan  fungsi  dengan  mendasarkan  pada  pembagian  peran  di  dalam  UU  No.18/2017  tentang
              Pelindungan Pekerja Migran Indonesia, dan peraturan pelaksanaannya.

              Selanjutnya dengan integrasi proses bisnis antar-kementerian, lembaga, dan pemerintah daerah
              agar tercipta mekanisme hubungan kerja yang jelas dan teratur. Penerapan SPBE terintegrasi
              juga dapat mendukung layanan penempatan dan pelindungan yang mudah, murah, dan cepat.

              "Optimalisasi Layanan Terpadu Satu Atap yang dibentuk oleh pemerintah daerah, sebagai bagian
              dari  integrasi  sistem  layanan  yang  terkoordinasi  dan  terpadu.  Pemerintah  pusat  juga  dapat
              memberikan dukungan dengan menempatkan sumber daya pada LTSA tersebut," pungkasnya.



                                                           70
   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75   76