Page 75 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 1 JULI 2021
P. 75

Menurut World Bank, Indonesia tidak meraup cukup banyak keuntungan dari bonus demografi,
              di mana 50 persen populasi berumur di bawah 30 tahun dan diperkirakan mencapai puncaknya
              dalam kurun 2025 - 2030, sebagaimana negara Asia lainnya yang juga memiliki kondisi serupa.

              Menurut perkiraan World Bank dalam laporan terbarunya berjudul Pathways to Middle Class JobS
              in  Indonesia,  pada  akhir  2030,  bonus  demografi  tidak  berkontribusi  signifikan  terhadap
              pendapatan per kapita Indonesia yang diprediksi berada di kisaran US$2.583 - US$3.709.

              Angka  tersebut  hanya  25  persen  dari  total  pendapatan  per  kapita  Korea  Selatan  pada  akhir
              periode bonus demografi negara tersebut. Saat itu, tepatnya pada 2010, Negeri Ginseng berhasil
              memiliki pendapatan per kapita senilai US$16.219.
              "Artinya,  pada  periode  penutupan  jendela  bonus  demografi  nanti,  Indonesia  tidak  dapat
              mengandalkan  faktor  akumulatif,  terutama  dari  surplus  angkatan  kerja,  untuk  mendorong
              pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang," ungkap World Bank dalam laporan tersebut,
              seperti dikutip Bisnis, Rabu (30/6/2021).
              Sebagaimana  dipahami,  produktivitas  pekerja  merupakan  pendorong  utama  pertumbuhan
              ekonomi di Tanah Air. Peningkatan nilai tambah per pekerja di Indonesia berkontribusi sebanyak
              88 persen terhadap 3,9 persen pertumbuhan pendapatan per kapita di Indonesia periode 2007
              - 2017.

              Namun, sejumlah persoalan disadari masih menjadi penghalang bagi Indonesia untuk meraup
              keuntungan  dari  berkah  demografi  yang  puncaknya  akan  terjadi  kurang  dari  1  dekade  lagi.
              Dengan demikian, penyerapan tenaga kerja dalam upaya pemulihan ekonomi dapat maksimal.
              Ekonom Bank Dunia Vivi Alatas menilai kapasitas kemampuan para pekerja serta keseriusan
              perusahaan  dalam  memberikan  pelatihan  dinilai  menjadi  salah  satu  masalah  yang  harus
              diselesaikan  pemerintah  untuk  memaksimalkan  upaya  penyerapan  tenaga  kerja  pada  masa
              pemulihan ekonomi.
              "Sebab, kesadaran meningkatkan kemampuan pekerja memang masih menjadi masalah besar,"
              ujarnya Rabu (30/6/2021).

              Survei persepsi ketenagakerjaan terhadap perusahaan sedang dan besar di sektor manufaktur
              yang  pernah  dilakukan  World  Bank  menunjukkan  hanya  sekitar  15  persen  dari  manajemen
              perusahaan yang memasukkan pelatihan sebagai isu prioritas yang harus ditangani.

              Lalu, hanya 8 persen dari pekerja yang menganggap pelatihan sebagai prioritas. Vivi mengatakan
              alasan utama para pekerja tidak mengambil pelatihan adalah tidak ada pelatihan yang sesuai.

              Dia pun berharap, program Kartu Prakerja bisa menjadi salah satu pendorong agar kesadaran
              perusahaan dan pekerja bisa muncul dan terjadi peningkatan kemampuan angkatan kerja di
              Tanah Air sehingga kualitas pekerja yang terserap bisa sesuai dengan kebutuhan industri.

              "Program Kartu Prakerja diharapkan tidak hanya memberikan akses pelatihan kepada jutaan
              orang,  tapi  juga  mendorong  terciptanya  lembaga  pelatihan  baru,  serta  mampu  mendorong
              perusahaan untuk ikut memprioritaskan pelatihan bagi pekerja," ujarnya.

              Dengan demikian, kekhawatiran bahwa bonus demografi diperkirakan tidak akan mendongkrak
              daya saing pasar kerja RI akibat produktivitas pekerja di Indonesia yang masih rendah tidak
              terjadi  dan  peluang  pemerintah  serta  dunia  usaha  dalam  memaksimalkan  sektor
              ketenagakerjaan terus terbuka.




                                                           74
   70   71   72   73   74   75   76   77   78   79   80