Page 163 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 DESEMBER 2021
P. 163
Pemerintah, kata dia, berharap RUU TPKS segera disahkan agar dapat menjadi payung hukum
untuk memberantas kekerasan seksual. Terlebih, belakangan ini kasus kekerasan seksual
semakin marak.
Hal ini menunjukkan urgensinya pembaruan instrumen hukum yang dapat memberikan kerangka
pengaturan tindak pidana kekerasan seksual secara spesifik, perlindungan bagi korban, serta
langkah pencegahan terhadap kekerasan seksual.
"Baleg DPR telah berhasil menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat serta
menerjemahkan realita dan data seputar kekerasan seksual ke dalam komitmen yang kuat untuk
mencegah dan memberantas kekerasan seksual dengan disetujuinya RUU TPKS," kata Moeldoko
dikutip dari siaran pers, Sabtu, 11 Desember 2021.
Polri menyatakan kesiapannya melakukan deteksi dini terhadap berbagai kasus kekerasan
seksual yang terjadi di lingkungan pesantren. Tentunya hal tersebut memerlukan kerja sama
dengan instansi terkait, termasuk Kementerian Agama (Kemenag).
"Polri dapat secara dini melaksanakan kolaborasi dengan Kemenag untuk mencegah kejadian
serupa dengan mengaktifkan koordinasi dengan level Polsek dan Polres untuk deteksi dini," tutur
Kadiv Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo saat dikonfirmasi Sabtu, 11 Desember 2021.
Dedi menegaskan, Polri bekerja profesional dan memastikan penegakan hukum secara maksimal
atas kasus pemerkosaan yang terjadi di lingkungan pesantren.
"Serta akan laksanakan proses hukum setiap ada kejadian kasus tersebut," kata Dedi.
Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pada tahun 2018-2019 dilaporkan,
anak sekolah dasar (SD) menjadi korban paling banyak dalam kasus kekerasan seksual.
Komisioner KPAI Retno Listyarti mengatakan, anak jenjang sekolah dasar menjadi korban
kekerasan seksual sebesar 64,7 persen, diikuti anak SMP 25,53 persen, dan SMA atau sederajat
11,77 persen.
"Untuk total kasus yang berdasarkan jenjang pendidikan, paling tinggi adalah SD yaitu 64,7%,
kasus kekerasan seksual yang kedua adalah di SMP dan sederajat dengan kasus 23,53%,
sedangkan di jenjang SMA atau sederajat itu kasusnya 11,77%," ujar dalam diskusi di Kompleks
Parlemen, Senayan, Jakarta, 13 Desember 2021.
Lokasi kekerasan seksual di lingkungan sekolah biasanya terjadi di ruang kelas, ruang kepala
sekolah, kebun sekolah, ruang laboratorium komputer, ruang ganti pakaian, ruang
perpustakaan.
Ada juga kasus pelecehan seksual terjadi di tempat ibadah pada tahun 2018.
"Bahkan pada tahun 2018 ada kasus yang terjadi di di ruang mushola, ini adalah tempat-tempat
dimana ketika kami datang, rata-rata tidak ada CCTV, mungkin ini penting juga untuk melihat
ruang ruang atau tempat tempat yang bisa dipakai oleh pelaku," ujar Retno.
Taufik Akbar Harefa.
162