Page 218 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 APRIL 2021
P. 218

KEMNAKER TEGASKAN, PEKERJA KONTRAK DAN OUTSOURCING BERHAK TERIMA
              THR
              Pekerja  dengan  status  outsourcing  (alih  daya),  kontrak,  ataupun  pekerja  tetap  (PKWT  dan
              PKWTT)  berhak  menerima  Tunjangan  Hari  Raya  (THR)  Keagamaan.  Hal  ini  ditegaskan  oleh
              Dirjen  Pembinaan  Hubungan  Industrial  dan  Jaminan  Sosial  Tenaga  Kerja  (PHI  dan  Jamsos)
              Kemnaker , Indah Anggoro Putri.

              "THR Keagamaan wajib diberikan dalam bentuk uang rupiah dan paling lambat 7 hari sebelum
              hari raya keagamaan," katamya, Jakarta, Minggu (25/4/2021).

              Pembayaran THR Keagamaan ini sesuai Surat Edaran (SE) Nomor M/6/HK.04/IV/2021 tentang
              Pelaksanaan Pemberian Tunjangan Hari Raya (THR) Keagamaan Tahun 2021 bagi Pekerja/Buruh
              di Perusahaan, pada prinsipnya mewajibkan pengusaha untuk memberi THR Keagamaan secara
              penuh kepada pekerja/buruhnya pada H-7 Lebaran.

              Menurut Putri, ada tiga jenis pekerja/buruh yang berhak memperoleh THR Keagamaan. Pertama,
              pekerja/buruh berdasarkan PKWT (Perjanjian Kerja Waktu Tertentu) atau PKWTT (Perjanjian
              Kerja Waktu Tidak Tertentu) yang memiliki masa kerja 1 bulan secara menerus atau lebih.

              Kedua, pekerja/buruh berdasarkan PKWTT yang mengalami PHK oleh pengusaha terhitung sejak
              H-30 hari sebelum hari raya keagamaan. Ketiga, pekerja/buruh yang dipindahkan ke perusahaan
              lain dengan masa kerja berlanjut, apabila dari perusahaan lama belum mendapatkan THR.

              "THR wajib dibayar penuh dan tepat waktu. Dalam pembayaran THR, tidak ada perbedaan status
              kerja. Para pekerja outsourcing maupun pekerja kontrak , asalkan telah bekerja selama 1 bulan
              atau lebih dan masih memiliki hubungan kerja pada saat hari keagamaan berlangsung, maka
              berhak mendapatkan THR juga," ujar Putri.

              Ketentuan besarnya THR berdasarkan peraturan THR Keagamaan adalah 1 bulan upah untuk
              pekerja/buruh  yang  mempunyai  masa  kerja  12  bulan  secara  terus-menerus  atau  lebih,
              sedangkan pekerja/buruh yang masa kerjanya 1 bulan secara terus menerus sampai dengan
              kurang dari 12 bulan, berhak mendapat THR yang dihitung secara proporsional sesuai masa
              kerjanya.

              Penghitungan upah sebulan yakni upah tanpa tunjangan yang merupakan upah bersih (clean
              wages); atau upah pokok termasuk tunjangan tetap. Dalam hal upah terdiri dari upah pokok dan
              tunjangan tidak tetap maka perhitungan THR dihitung berdasarkan upah pokok.

              "Dari  perhitungan  upah  tersebut,  tidak  menutup  kemungkinan  perusahaan  juga  dapat
              memberikan  THR yang nilainya  lebih  besar dari  peraturan perundang-undangan,  dimana  hal
              tersebut  terlebih  dahulu  ditetapkan  dalam  perjanjian  kerja,  peraturan  perusahaan  atau
              perjanjian  kerja  bersama  atau  kebiasaan  yang  selama  ini  memang  telah  dilakukan  oleh
              perusahaan," ujar Putri.
              Para pekerja/buruh yang bekerja berdasarkan perjanjian kerja harian, upah satu bulan dihitung
              melalui  dua  ketentuan,  yakni  memiliki  masa  kerja  12  bulan  atau  lebih  (rata-rata  upah  yang
              diterima dalam 12 bulan terakhir sebelum hari raya) dan masa kerja kurang dari 12 bulan (rata-
              rata upah yang diterima tiap bulan selama masa kerja).









                                                           217
   213   214   215   216   217   218   219   220   221   222   223