Page 123 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 MARET 2021
P. 123

Ringkasan

              Kelompok buruh menyoroti aturan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 37 Tahun 2021 tentang
              Penyelenggaraan  program  Jaminan  Kehilangan  Pekerjaan  (JKP).  Mereka  menilai  PP  yang
              ditandatangani  pada  2  Februari  2021  oleh  Presiden  Joko  Widodo  ini  tidak  bisa  segera
              dimanfaatkan  oleh  pekerja.  Sebab  klaim  manfaat  JKP  baru  bisa  diterima  pekerja  pada  2022
              setelah  iuran  peserta  dibayarkan  minimal  selama  12  bulan.  Padahal,  tujuan  awal  penetapan
              Jaminan  Kehilangan  Pekerjaan  dibuat  adalah  sebagai  bagian  dari  kompensasi  pengurangan
              besaran pesangon yang diatur dalam PP 35/2021 dibanding UU Ketenagakerjaan.



              PEKERJA TER-PHK TAHUN INI TAK BISA PEROLEH MANFAAT DARI JKP

              Kelompok buruh menyoroti aturan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 37 Tahun 2021 tentang
              Penyelenggaraan  program  Jaminan  Kehilangan  Pekerjaan  (JKP).  Mereka  menilai  PP  yang
              ditandatangani  pada  2  Februari  2021  oleh  Presiden  Joko  Widodo  ini  tidak  bisa  segera
              dimanfaatkan oleh pekerja.

              Sebab klaim manfaat JKP baru bisa diterima pekerja pada 2022 setelah iuran peserta dibayarkan
              minimal selama 12 bulan. Padahal, tujuan awal penetapan Jaminan Kehilangan Pekerjaan dibuat
              adalah sebagai bagian dari kompensasi pengurangan besaran pesangon yang diatur dalam PP
              35/2021 dibanding UU Ketenagakerjaan.

              Manfaat Jaminan Kehilangan Pekerjaan ini tediri dari tiga komponen, yakni pembayaran uang
              tunai, akses informasi kerja, dan pelatihan kerja. Pembayaran uang tunai dilakukan selama enam
              bulan: tiga bulan pertama sebesar 45 persen upah, tiga bulan kedua 25 persen upah. Upah
              maksimum yang menjadi dasar aturan ini sebesar Rp5 juta per bulan.

              Pada pasal 19 ayat 3 dalam PP tersebut menyatakan manfaat JKP dapat diajukan setelah peserta
              memiliki masa iuran paling sedikit 12 bulan dalam 24 bulan, dan sudah membayar iuran paling
              singkat 6 bulan berturut-turut ke BPJS Ketenagakerjaan sebelum Pemutusan Hubungan Kerja
              (PHK) terjadi.

              Dengan aturan ini, maka pekerja yang terkena PHK tahun lalu tidak bisa mendapat manfaat JKP
              karena kepesertaan JKP baru dimulai Februari 2021 setelah PP terbit. Bahkan, pekerja yang di-
              PHK pada tahun ini tak bisa memanfaatkan JKP karena ada syarat pembayaran iuran selama 12
              bulan.

              Pekerja yang di-PHK tahun ini juga terkena aturan yang menyatakan bahwa enam bulan sebelum
              PHK iuran harus dibayar penuh sebelum PHK. Dengan "ranjau" yang banyak tersebut, maka
              pekerja yang bisa mendapatkan manfaat Jaminan Kehilangan Pekerjaan ini adalah mereka yang
              di-PHK setelah 2 Februari 2022.

              Padahal, seperti dikatakan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal,
              gelombang PHK diperkirakan masih akan terjadi sepanjang 2021 karena masih kekhawatiran
              bahwa perekonomian masih akan sulit bangkit dalam waktu dekat. Resesi ekonomi masih akan
              menghantui perekonomian 2021.

              "JKP diberikan ketika pekerja menganggur karena di PHK, maksimal 6 bulan. Misalnya dua bulan
              setelah di PHK dia sudah dapat pekerjaan baru, maka dia nggak dapat JKP. Kemudian kalau
              pekerja tersebut lupa mengurus klaim JKP setelah lewat 6 bulan ya hangus," kata Koordinator
              Advokasi BPJS Watch Timboel Siregar kepada Lokadata.id, Jumat (5/3/2021).

              Akses  penerima  sempit  Selain  itu,  Timboel  Siregar  juga  menyoroti  ketentuan  penerima  JKP.
              Penerima  JKP  dalam  PP  tersebut  dikecualikan  bagi  pekerja  yang  terkena  PHK  karena

                                                           122
   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128