Page 124 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 MARET 2021
P. 124

mengundurkan diri, cacat total, pensiun, meninggal dunia. Manfaat JKP juga hanya diberikan
              kepada pekerja dengan perjanjian kerja waktu tertentu yang distop sebelum masa kerja selesai.
              "Misalnya pekerja dengan masa kontrak 12 bulan, nah tetapi dalam waktu 10 bulan sudah stop
              kerjanya  maka  diberikan  JKP.  Tetapi  jika  pekerja  dengan  PKWT  itu  jatuh  tempo  kontraknya
              mereka  nggak  dapat  JKP,  padahal  pekerja  kontrak  ini  kelompok  rentan  karena  tidak  ada
              kepastian kerja dan biasanya skillnya kurang," kata dia.

              Ketua Federasi Serikat Buruh Persatuan Indonesia Dian Septi Trisnanti menambahkan, buruh
              makin  sulit  mendapatkan  JKP  karena  masa  kontrak  yang  lebih  pendek  dari  12  bulan.  Dian
              mencatat, banyak pekerja seperti di sektor garmen yang kini berstatus pekerja kontrak dalam
              rentang waktu singkat yaitu 30-90 hari, bahkan 14 hari.

              JKP, kata Dian juga tidak mempertimbangkan buruh di sektor lain seperti pekerja informal atau
              buruh harian yang tidak terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan, seperti pekerja konveksi rumahan,
              atau pekerja konstruksi rumahan yang jangka waktu kerjanya tak sampai setahun, juga pekerja
              sektor transportasi, serta asisten rumah tangga.

              "Buruh perempuan di industri padat karya yang dikontrak dengan masa kerja sangat pendek tak
              akan di- cover JKP. Aturan ini juga tidak ramah terhadap pekerja difabel, termasuk mereka yang
              menjadi korban kecelakaan kerja. Mengeluarkan mereka sebagai penerima manfaat sama saja
              menolak melindungi hak pekerja difabel," kata dia.

              Menurut Dian, program JKP ini sia-sia karena banyak buruh yang terdampak pandemi pada 2020
              dan  2021  tidak  bisa  menerima  manfaatnya.  "Sebagai  jaring  pengaman  sosial,  JKP  gagal
              membantu buruh korban PHK yang saat ini sangat membutuhkannya," kata Dian.

              Dengan aturan seperti itu, kata Timboel, penyelenggaraan JKP justru makin merugikan pekerja.
              Apalagi, PP 37/2021 ini turut disahkan bersamaan dengan PP 35/2021 tentang Perjanjian Kerja
              Waktu Tertentu, Alih Daya, Waktu Kerja, dan Waktu Istirahat dan Pemutusan Hubungan Kerja
              yang berlaku 2 Februari 2021.

              Pembayaran  pesangon  untuk  pekerja  yang  di-PHK  kini  mengacu  pada  PP  35/2021  tersebut.
              Dalam PP 35/2021 itu, jumlah pesangon yang diberikan kepada pekerja lebih kecil dibandingkan
              dengan yang dicantumkan di ketentuan sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 13 Tahun
              2003 tentang Ketenagakerjaan.

              "Padahal narasi yang dibangun pemerintah adalah nanti akan dapat JKP. Dengan PP tentang
              JKP, ternyata tak semua pekerja yang di-PHK akan mendapatkan JKP. Padahal, dana tunai dari
              JKP itu bukan untuk bermewah-mewah, tetapi digunakan untuk bertahan hidup selama belum
              mendapatkan pekerjaan," kata Timboel.

              Timbul  mengatakan  akan  melanjutkan  judicial  review  atas  UU  Cipta  Kerja.  Sedangkan,  Dian
              mengatakan Federasi Serikat Buruh akan melakukan aksi pada Senin, 8 Maret 2021 nanti di
              Kementerian Ketenagakerjaan dan DPR. "Tuntutannya menolak UU Cipta Kerja dan turunannya,"
              kata dia.

              Presiden KSPI Said Iqbal juga menolak semua aturan turunan UU No. 11 tentang Cipta Kerja,
              termasuk  PP  No.  35/2021  dan  PP  37/2021  karena  sedang  mengajukan  judicial  review  ke
              Mahkamah  Konstitusi.  "Selama  belum  ada  putusan  MK,  kita  tidak  akan  menerima  aturan
              turunannya.".






                                                           123
   119   120   121   122   123   124   125   126   127   128   129