Page 102 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 JANUARI 2021
P. 102

Dirut BPJAMSOSTEK Agus Susanto mengutarakan investasi dilaksanakan berdasarkan PP No.
              99/2013  dan  PP  No.  55/2015  yang  mengatur  jenis  instrumen  investasi  yang  diperbolehkan
              berikut  dengan  batasannya.  Ada  juga  Peraturan  OJK  No.  1/2016  yang  mengharuskan
              penempatan pada Surat Berharga Negara sebesar minimal 50 persen.

              Untuk alokasi dana investasi, BPJAMSOSTEK menempatkan sebesar 64 persen pada surat utang,
              17 persen saham, 10 persen deposito, delapan persen reksadana, dan investasi langsung sebesar
              satu persen.

              Selama masa pandemi, pengelolaan dana investasi mendapatkan tantangan yang cukup berat,
              mengingat dampak pandemi COVID-19 dirasakan oleh semua bidang usaha di dalam negeri.
              Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada awal tahun 2020 dibuka melemah, bahkan
              sempat terseok ke level 3.900-an setelah ditetapkan COVID-19 sebagai pandemi global.

              Kondisi pandemi termasuk pasar investasi global dan regional tentunya memiliki pengaruh pada
              hasil investasi yang diraih oleh industri jasa keuangan pada tahun 2020.
              "Tapi  kami  telah  mengalihkan  mayoritas  portofolio  pada  instrumen  fixed  income  hingga
              mencapai 74 persen dari total portofolio, sehingga tidak berpengaruh langsung dengan fluktuasi
              IHSG," ujar Agus.

              Pada investasi saham, mayoritas penempatan atau 98 persen penempatan dana dilakukan pada
              saham kategori Blue Chip atau LQ45.

              Meski demikian, penempatan pada saham non-LQ45 juga tetap dilakukan dengan menerapkan
              protokol investasi yang ketat. Jumlah saham non-LQ45 tersebut hanya sekitar dua persen dari
              total portofolio saham.

              Emiten BUMN Untuk saham, pihaknya hanya berinvestasi pada emiten BUMN, emiten dengan
              saham  yang  mudah  diperjualbelikan,  berkapitalisasi  besar,  memiliki  likuiditas  yang  baik  dan
              memberikan deviden secara periodik.

              Tentu  faktor  analisa  fundamental  dan  review  risiko  menjadi  pertimbangan  utama  dalam
              melakukan seleksi emiten.

              Untuk lebih mengoptimalkan hasil kelolaan investasi, BPJAMSOSTEK juga mengurangi broker fee
              atau biaya transaksi penempatan dana dengan manajer investasi.

              Sebagai badan hukum publik yang bersifat nirlaba, seluruh hasil pengelolaan dana dikembalikan
              kepada  peserta,  sehingga  dapat  memberikan  hasil  pengembangan  Jaminan  Hari  Tua  (JHT)
              kepada pekerja yang jadi peserta mencapai 5,63 persen p.a yang tentunya selalu di atas rata-
              rata bunga deposito bank pemerintah yang pada tahun 2020 sebesar 3,87 persen.

              Jika ditilik dari tahun 2016 hingga 2020 saja, dana kelolaan dapat tumbuh mencapai dua kali
              lipat dengan CAGR sebesar 18,74 persen, hingga mencapai Rp486,38 triliun. Padahal sejak tahun
              1977 hingga 2015, dana kelolaan berada pada angka Rp206,58 triliun.

              Hal  ini  jelas  membuktikan  kinerja  BPJAMSOSTEK  dalam  meningkatkan  kepesertaan  dan
              mengelola dana investasi sangat baik dengan peningkatan signifikan dari dana kelolaan yang
              diperoleh.

              Peningkatan dana kelolaan investasi ini juga tentunya tidak lepas dari protokol penempatan dana
              yang dimiliki BPJAMSOSTEK yang sangat ketat. Jika dilihat dari aturan yang dimiliki, sangat kecil
              kemungkinan penempatan dana investasi bisa dimanfaatkan untuk kepentingan pihak tertentu.





                                                           101
   97   98   99   100   101   102   103   104   105   106   107