Page 122 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 FEBRUARI 2021
P. 122

Kendati demikian, kesepakatan besaran upah per jam antara pengusaha dan pekerja tidak boleh
              lebih rendah dari hasil perhitungan formula yang ditetapkan pemerintah.
              Dalam hal ini, upah per jam diperoleh dari upah sebulan dibagi 126. Berdasarkan penjelasan
              Pasal 16(4), angka 126 berasal dari hasil perkalian antara 29 jam 1 minggu dengan 52 minggu
              (jumlah minggu dalam 1 tahun) kemudian dibagi 12 bulan.

              "Angka penyebut dalam formula perhitungan Upah per jam dapat dilakukan peninjauan apabila
              terjadi perubahan median jam kerja pekerja/buruh paruh waktu secara signifikan," terang Pasal
              16(5) RPP Pengupahan.

              Peninjauan  angka  penyebut  itu  dilakukan  dan  ditetapkan  hasilnya  oleh  Menteri  dengan
              mempertimbangkan hasil kajian yang dilaksanakan oleh dewan pengupahan nasional.

              Aturan mengenai upah per jam bisa dibilang hal baru. Pasalnya, dalam beleid pendahulunya, PP
              Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan, upah berdasarkan satuan waktu hanya ditetapkan
              secara harian, mingguan, dan bulanan.

              Pada akhir 2019 lalu, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah sempat melontarkan usulan upah
              kerja dihitung per jam bagi pekerja dengan durasi waktu di bawah 35 jam per minggu.

              "Jam kerja kita kan 40 jam seminggu. Di bawah 35 jam per minggu, maka ada fleksibilitas nanti
              di bawah itu hitungannya per jam. (Upah bulanan) tetap ada, itu yang 40 jam per minggu," ujar
              Ida di Kompleks Istana Kepresidenan Bogor, kala itu. (sfr/bir).















































                                                           121
   117   118   119   120   121   122   123   124   125   126   127