Page 131 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 DESEMBER 2021
P. 131

"Penetapan upah yang tidak berdasarkan ketentuan yang berlaku akan menimbulkan polemik di
              masyarakat, seperti yang terjadi di Provinsi DKI Jakarta," kata Kepala Biro Humas Kemenaker
              Chairul Fadhly Harahap dalam siaran persnya, Selasa (21/12).

              Chairul menyebut, pihaknya siap memediasi pihak-pihak yang berselisih terkait penetapan UMP
              DKI Jakarta Tahun 2022. Untuk diketahui, kelompok buruh dan pengusaha bersitegang akhir-
              akhir ini terkait keputusan Anies menaikkan UMP 2022 sebesar 5,1 persen.

              "Kemenaker siap hadir untuk memfasilitasi jika ada perbedaan pandangan termasuk kenaikan
              upah minimum di DKI, karena unsur pembinaannya yang kita kedepankan," ujar Chairul.

              Chairul menjelaskan, keputusan Anies menaikkan UMP 2022 menimbulkan polemik karena tak
              mengikuti ketentuan yang dibuat pemerintah pusat dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 36
              tahun 2021 tentang Pengupahan. "Sikap kita adalah penetapan Upah Minimum (UM) harus tetap
              mengacu pada PP Nomor 36 Tahun 2021 tentang Pengupahan," katanya.

              Jika mengacu pada formula dalam PP 36, UMP DKI 2022 seharusnya hanya naik 0,85 persen.
              Awalnya, Anies telah menetapkan kenaikan UMP 2022 sebesar 0,85 persen atau Rp 37.748 saja.
              Tapi,  Anies  akhirnya  memenuhi  janjinya  kepada  kelompok  buruh  dengan  merevisi  besaran
              kenaikan UMP 2022 menjadi 5,1 persen atau Rp 225.667. Dengan demikian, UMP DKI 2022
              menjadi Rp 4.641.854.
              Menurut  Chairul,  formula  penetapan  upah  dalam  PP  36  Tahun  2021  sudah  berdasarkan
              kesepakatan  unsur  pemerintah,  pengusaha,  dan  pekerja/buruh.  Oleh  karenanya,  penetapan
              besaran upah di luar ketentuan bakal menimbulkan polemik.

              "Upah itu memang hak pekerja, tapi juga harus diingat dan disesuaikan dengan kemampuan
              pengusaha," kata Chairul.

              Chairul menambahkan, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri
              (Kemendagri) terkait hal ini. Pihaknya berkoordinasi dalam rangka pembinaan dan pengawasan
              kebijakan.

              Dalam wawancaranya dengan Republika, Senin (21/12), Chairul mengatakan bahwa koordinasi
              dilakukan  untuk  membicarakan  sanksi  atas  pembangkangan  Anies  terhadap  ketentuan
              pemerintah pusat. Sebab, penetapan UMP adalah program strategis nasional.

              Sanksi untuk Anies, kata dia, akan dijatuhkan oleh Kemendagri sesuai UU Nomor 23 Tahun 2014
              tentang Pemerintahan Daerah. UU tersebut menyatakan bahwa gubernur yang tak menjalankan
              program  strategis  nasional  dapat  dijatuhi  sanksi  berupa  teguran  tertulis,  pemberhentian
              sementara, dan pemberhentian permanen.

              Sebelumnya, kelompok buruh dan pengusaha saling melempar ancaman terkait keputusan Anies
              tersebut.  Asosiasi  Pengusaha  Indonesia  (Apindo)  mengancam  bakal  menggugat  Anies  ke
              Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) jika tak membatalkan kenaikan UMP 5,1 persen.

              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) lantas mengancam balik Apindo. Jika Apindo benar
              menggugat Anies, maka massa buruh akan menggelar aksi turun ke jalan secara masif.

              Ketua Fraksi PDIP DPRD DKI Jakarta, Gembong Warsono, juga menyoroti revisi UMP DKI Jakarta
              dari  0,85  persen  (Rp  38  ribu)  menjadi  5,1  persen  (Rp  225  ribu).  Menurut  Gembong,  jika
              melakukan revisi, seharusnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI memiliki dasar yang kuat, alih-
              alih dari perubahan sepihak.





                                                           130
   126   127   128   129   130   131   132   133   134   135   136