Page 250 - KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 DESEMBER 2021
P. 250

Sidak  yang  dilakukan  pada  Senin  (20/12)  itu  sebagai  tindak  lanjut  dari  laporan  masyarakat
              kepada  Dit.  Bina  P2PMI  Kemnaker  yang  meminta  pertolongan  dikarenakan  adanya  dugaan
              penempatan PMI secara ilegal.

              Para CPMI ini dijanjikan bekerja sebagai pekerja rumah tangga (domestic workers) dan tiap-tiap
              CPMI juga telah diiming-imingi uang saku sebesar Rp 5 juta hingga Rp 7 juta. Penempatan PMI
              tersebut akan dilakukan oleh orang perseorangan, bukan oleh Perusahaan Penempatan Pekerja
              Migran Indonesia (P3MI) yang telah mendapatkan izin dari pemerintah.

              Direktur Jenderal Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja (Ditjen
              Binapenta dan PKK), Suhartono menjelaskan sidak ini merupakan upaya perlindungan bagi WNI
              yang akan diberangkatkan secara ilegal. Ia menuturkan penempatan yang dilakukan secara ilegal
              akan berdampak bagi keselamatan para CPMI.

              “Penempatan  yang  dilakukan  secara  ilegal  akan  membuat  CPMI  rentan  menjadi  korban
              perdagangan orang, kerja paksa, atau tindak pidana lainnya,” ujarnya dalam keterangan tertulis,
              Selasa (21/12/2021).

              Suhartono menerangkan penempatan PMI ke negara Arab Saudi, Qatar, dan UEA untuk bekerja
              pada  pemberi  kerja  perseorangan  masih  dilakukan  moratorium  sejak  tahun  2015  dengan
              ditetapkannya Kepmenaker Nomor 260 Tahun 2015.
              Sementara itu, Direktur Bina P2PMI Rendra Setiawan mengingatkan masyarakat untuk berhati-
              hati apabila adanya rayuan atau bujuk rayu dari calo, sponsor, atau pihak lain yang bukan berasal
              dari P3MI yang terdaftar di Kemnaker dengan menjanjikan pekerjaan di luar negeri dengan upah
              tinggi.

              “Upayakan mendapatkan informasi yang resmi dari Dinas Ketenagakerjaan setempat atau LTSA,”
              ungkap Rendra.

              (Red)



































                                                           249
   245   246   247   248   249   250   251   252   253   254   255