Page 41 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 MARET 2021
P. 41

redaksi@blsnis.com

              Anggota  Dewan  Jaminan  Sosial  Nasional  (DJSN)  dari  unsur  pemerintah  Mohamad  Subuh
              mengatakan bahwa pengelolaan dana jaminan sosial dari program jaminan kesehatan nasional
              (JKN)  menjadi  salah  satu  perhatian  terhadap  jajaran  dewan  pengawas  dan  direksi  BPJS
              Kesehatan periode 2021-2026.

              Jajaran manajemen itu mengawali masa keijanya dengan kondisi keuangan yang telah membaik,
              ditandai dengan terjadinya surplus arus kas dana jaminan sosial (DJS) Rp18,7 triliun. Meskipun
              begitu, dari sisi aset netto masih terjadi defisit Rp6,3 triliun karena pencadangan yang belum
              memenuhi ketentuan.

              Menurut Subuh, membaiknya kondisi keuangan membuat BPJS Kesehatan harus menyiapkan
              strategi investasi agar nantinya DJS dapat lebih berkembang. DJSN pun akan membawa kabalr
              persiapan investasi BPJS Kesehatan kepada Presiden Joko Widodo.

              "Dari kajian kami, salah satunya adalah mengusulkan investasi DJS. Boleh tidaknya itu kami
              usulkan  kepada  Presiden,  karena  kendali  penuh  pelaksanaan  jaminan  sosial  ada  di  presiden
              [termasuk terkait upaya investasi DJS]," ujar Subuh, Selasa (2/3).

              Dia mengambil contoh BPJS Ketenagakerjaan sebagai 'saudara' sesama penyelenggara jaminan
              sosial. Badan tersebut melakukan investasi untuk mengembangkan DJS, sehingga berkontribusi
              dalam mengakselerasi pertumbuhan dananya dan berbuah imbal hasil bagi para peserta.

              BPJS Kesehatan dapat melakukan investasi setelah kondisi keuangan dan pengelolaannya ada
              dalam kondisi yang benar-benar sehat. Subuh menyebutkan bahwa inves-

              tasi  di  antaranya  dapat  dilakukan  setelah  dana  cadangan  mencapai  dua  kali  dari  nilai  klaim
              bulanan atau melebihi syarat minimal aset netto.
              "Investasi memang diperuntukkan agar bisa mempertahankan keberlangsungan [sustamability]
              jaminan sosial itu sendiri," ujarnya.

              Meskipun  begitu,  Subuh  menekankan  agar  BPJS  Kesehatan  sangat  berhati-hati  dalam
              menentukan  arah  investasi  DJS  nantinya.  Berbagai  bentuk  dan  kebijakan  investasi  dapat
              dilakukan  selama  memenuhi  prinsip  tata  kelola  perusahaan  yang  baik  (good  corporate
              govemance).

              Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti menyatakan bahwa saat ini arus kas DJS
              sudah  aman,  tidak  terdapat  lagi  keterlambatan  pembayaran  klaim  program  JKN.  Namun,
              pihaknya masih memiliki pekerjaan rumah untuk mencapai jumlah aset netto minimal senilai
              Rpl3,9 triliun.

              'Tingkat kesehatan keuangan itu minimal 1,5 bulan dari estimasi pembayaran klaim [bulanan]
              yang sekarang sekitar Rp13,9 triliun. Kami mengapresiasi jajaran direksi sebelumnya, selama ini
              biasanya defisitnya banyak tapi sekarang aset netto sudah mendekati [jumlah minimal] dan tidak
              seperti dulu," ujar Ghufron.

              Di tengah perbaikan kondisi keuangan itu, tata kelola perusahaan akan menjadi fokus jajaran
              direksi  agar  program  JKN  menjadi  lebih  optimal.  Jajaran  direksi  pun  akan  mengupayakan
              berbagai  strategi  untuk  meningkatkan  pendapatan  iuran  agar  kondisi  DJS  lebih  kuat,  selain
              melalui investasi yang akan disiapkan.
              Seperti diketahui, BPJS Kesehatan belum pernah melakukan investasi DJS karena defisit terus
              terjadi sejak badan itu bertransformasi dari Askes. Investasi tak dapat dilakukan karena utang
              klaim menumpuk, sehingga pendapatan yang ada harus langsung dikeluarkan.

                                                           40
   36   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46