Page 42 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 3 MARET 2021
P. 42

Meskipun begitu, BPJS Kesehatan telah melakukan investasi dana badan, yakni dana milik BPJS
              sebagai lembaga yang digunakan untuk keperluan operasional. Dana itu terpisah dari kantong
              DJS yang berasal dari pendapatan iuran dan digunakan untuk pembayaran klaim.

              POTENSI KLAIM

              Sementara itu, BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek dibayangi oleh besarnya potensi klaim
              program jaminan hari tua atau JHT, jaminan pensiun atau JP, dan jaminan kehilangan pekerjaan
              atau JKP.

              Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek Ang-
              goro Eko Cahyo dalam paparan Kebijakan Umum Penyelenggaraan Sistem Jaminan Nasional di
              hadapan Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Selasa (3/2).

              Anggoro memaparkan empat poin kondisi BP Jamsostek saat ini dan dua di antaranya terkait
              klaim. Dalam satu pekan masa kerjanya, jajaran direksi baru mengidentifikasi adanya potensi
              kenaikan klaim di program JHT, JP, dan JKP.

              Dia  menyoroti  perlunya  peningkatan  kapasitas  pelayanan  klaim  dalam  program  JHT  dan  JP,
              karena jika terjadi peningkatan klaim maka akan melebihi kapasitas layanan yang ada saat ini.
              Isu klaim pun berkaitan dengan tantangan pelaksanaan jaminan sosial yakni memenuhi tingginya
              ekspektasi publik. "Potensi peserta yang akan melakukan klaim JHT dan JP sebesar 15,5 juta
              dalam 5 tahun ke depan, tetapi kapasitas layanan sebesar 2,6 juta klaim per tahun," katanya.

              Selain itu, program JKP yang baru akan berjalan pun menyimpan potensi klaim cukup besar.
              Anggoro mengacu kepada besarnya pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK),
              sehingga nantinya harus memperoleh manfaat JKP.

              "Rata-rata  sebanyak  6,5  juta  peserta  penerima  upah  [PU]  keluar  setiap  tahun,  merupakan
              potensi menjadi penerima manfaat JKP," ujar Anggoro yang mengutip data Badan Pusat Statistik
              (BPS).

              Selain  pembayaran  klaim,  jajaran  direksi  pun  mengidentifikasi  besarnya  beban  yang  harus
              dikeluarkan BP Jamsostek saat ini. Dua aspek yang menjadi perhatian adalah beban personil dan
              biaya operasional layanan.

              Anggoro menjabarkan bahwa dari total Rp4,05 triliun, 68% di antaranya atau sekitar Rp2,7 triliun
              merupakan beban personil. Lalu, 13% lainnya atau sekitar Rp527 miliar merupakan beban umum
              dan administrasi. "Estimasi biaya terkait layanan klaim sebesar Rp337 miliar per tahun, yang
              dapat diefisienkan sebesar Rpl99 miliar," ujarnya.

              Kondisi saat ini direspons oleh Anggoro dan jajarannya melalui lima program utama dalam 100
              hari  pertama.  Pertama,  jajaran  direksi  akan  mendorong  kemudahan  daftar  dan  bayar  untuk
              menekan besarnya celah proteksi tenaga kerja.

              Kedua,  pihaknya  pun  akan  fokus  menyiapkan  pelaksanaan  program  JKP  sebagai  salah  satu
              amanat Undang-Undang Cipta Kerja. Menurut Anggoro, program JKP penting untuk melindungi
              para tenaga kerja di era ekonomi digital. "Fokus utama tahun ini adalah implementasi program
              baru yang diamanahkan kepada kami, yakni JKP, kami akan persiapkan segala sesuatunya agar
              JKP ini segera bisa terimplementasi dengan baik dan menjadi penyempurna jaminan sosial yang
              sudah ada," kata Anggoro.

              Ketiga, BP Jamsostek akan menggencarkan pemanfaatan aplikasi Jamsostek Mobile (J-Mo) untuk
              meningkatkan kualitan layanan. Tingginya ekspektasi publik terhadap jaminan sosial membuat
              layanannya harus terus meningkat.


                                                           41
   37   38   39   40   41   42   43   44   45   46   47