Page 86 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 7 JUNI 2021
P. 86

MENINJAU METODE

              Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan Anwar Sanusi mengatakan, saat ini tantangan
              dunia  ketenagakerjaan  sangat  bervariasi  sehingga  pendidikan  vokasi  harus  dapat
              bertransformasi, serta lebih mempertajam kemampuan dan keterampilan para mahasiswanya
              sesuai dengan kebutuhan dunia kerja.

              "Tinjau  ulang  seluruh  metode  pembelajaran  yang  saat  ini  dijalankan,  karena  dunia  terus
              mengalami perubahan. Metode dan proses pembelajaran pun harus mengikuti perkembangan
              teknologi dan era industri 4.0" terangnya.

              Menurutnya, pendidikan vokasi berbeda dibandingkan dengan pendidikan lainnya sehingga para
              mahasiswa harus betul-betul dilibatkan di dalam dunia nyata. Jadi, diperlukan praktik magang
              baik  di  instansi  pemerintah  atau  sektor  swasta  untuk  mengasah  ketajaman,  terutama
              keterampilan yang disesuaikan dengan teori.

              "Perguruan tinggi vokasi ini harus mampu mewujudkan link and match antara para lulusannya
              dengan dunia usaha dan industri, sehingga tercipta relevansi antara program pendidikan dengan
              kebutuhan industri," ujarnya.

              Sementara itu, Direktorat Jenderal Pembinaan Pengawasan Ketenagakerjaan dan Keselamatan
              dan Kesehatan Kerja Haiyani Rumondang mengatakan, perkembangan teknologi dan otomatisasi
              di era industri 4.0 saat ini menimbulkan potensi disrupsi dan menciptakan jenis pekerjaan baru.

              Kondisi ini bisa membentuk permintaan tenaga kerja di sektor industri yang sama sekali berbeda
              dengan keterampilan para lulusan perguruan tinggi. Apalagi diakui nya bahwa saat ini terjadi
              mismatch antara kebutuhan industri dengan ketersediaan pekerja berkeahlian baru tersebut.

              Berdasarkan studi dari konsultan manajemen global asal Amerika Serikat, McKinsey, diperkirakan
              27 juta pekerjaan akan hilang di Indonesia, dan akan muncul 47 juta pekerjaan baru. Bahkan
              sebanyak 30% pekerjaan di dunia akan digantikan dengan mesin.

              "Ini  jelas  menjadi tantangan  sehingga  diperlukan  upaya dari  setiap  lulusan  perguruan  tinggi
              vokasi untuk meningkatkan kemampuan kreativitas dan inovasinya, di samping yang didapatkan
              dari universitas. Jangan sampai begitu selesai kuliah, keahliannya sudah tidak cocok lagi dengan
              permintaan dan kebutuhan industri," tegasnya.

              Menurutnya,  bagaimana  pun  Indonesia  masih  akan  membutuhkan  lebih  banyak  pekerja
              berketerampilan  menengah  tinggi.  Jika  SDM  dan  tenaga  kerja  di  Indonesia  tidak
              mengembangkan kemampuannya, maka akan sulit bersaing. Di sisi lain, pasar tenaga kerja yang
              aktif ini harus didukung regulasi yang membuka ruang adanya kecocokan dan kemudahan antara
              suply and demand.

              MENGUKUR MANFAAT

              Guru  Besar  Ilmu  Manajemen  Universitas  Indonesia  Rhenald  Kasali  melihat  bahwa  mayoritas
              pendidikan  vokasi  di  Indonesia  masih  terkait  dengan  bidang-bidang  ilmu  yang  justru  dapat
              menimbulkan useless generation.

              Artinya, lanjut dia, bidang ilmu yang dipelajari tersebut mungkin saja ke depannya sudah tidak
              terpakai lagi karena digantikan oleh kemajuan teknologi. "Ini berbahaya jika tidak dapat diatasi
              dengan baik," tuturnya.
              Menurutnya, kebutuhan industri terus mengalami pergantian dan perubahan setiap 5-10 tahun.
              Misalnya,  ketika  seseorang  menempuh  pendidikan  vokasi  selama  3  tahun,  maka  ilmunya


                                                           85
   81   82   83   84   85   86   87   88   89   90   91