Page 82 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 24 JUNI 2021
P. 82

Ida mengatakan itu saat menjadi keynote speaker pada webinar nasional tentang Pencegahan
              dan Perlindungan Pekerja Anak di Indonesia, Rabu (23/6/2021).
              Untuk  itu,  pemerintah  telah  menyusun  Rencana  Aksi  Nasional  Penghapusan  Bentuk-Bentuk
              Pekerjaan  Terburuk  untuk  Anak  (RAN-PBPTA)  melalui  Keputusan  Presiden  Nomor  59  Tahun
              2002.  RAN-PBPTA  merupakan  acuan  dalam  penghapusan  bentuk-bentuk  pekerjaan  terburuk
              untuk anak.

              "Kami telah selesai melaksanakan RAN-PBPTA Tahap I dan Tahap II. Untuk saat ini kami sedang
              melaksanakan  RAN-PBPTA  Tahap  III,"  ujarnya  dalam  keterangan  tertulis  yang  diterima
              Kompas.com.

              Dalam menghapus bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk anak, Kemenaker telah melakukan
              lima upaya nyata.

              Dapatkan informasi, inspirasi dan insight di email kamu.

              Daftarkan email Pertama, meningkatkan pemahaman melalui sosialisasi kepada dunia usaha dan
              masyarakat tentang bentuk-bentuk pekerjaan terburuk untuk Anak.

              Kedua, melakukan upaya pencegahan dan penghapusan pekerja anak dari Bentuk Pekerjaan
              Terburuk untuk Anak (BPTA) melalui berbagai program, antara lain Program Zona atau Kawasan
              Bebas 8 Pekerja Anak dan Kampanye Menentang Pekerja Anak.

              Ketiga, pada 2008 hingga 2020, Kemenaker telah melaksanakan Program Pengurangan Pekerja
              Anak dan telah berhasil menarik pekerja anak dari tempat kerja sebanyak 143.456 anak.

              Ida menjelaskan, program ini bertujuan mengurangi jumlah pekerja anak dari Rumah Tangga
              Miskin (RTM) yang putus sekolah.

              Rencananya lewat program ini mereka akan ditarik dari tempat kerja melalui pendampingan di
              shelter guna memotivasi dan mempersiapkan anak kembali ke dunia pendidikan.
              "Program ini dapat berhasil dengan didukung oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun non
              pemerintah, termasuk masyarakat," terangnya.

              Keempat, penguatan kapasitas penegak hukum norma Pekerja Anak dan BPTA melalui perluasan
              pendidikan  dan  pelatihan,  seperti  bimbingan  teknis  (bimtek)  pengawasan  norma  kerja  anak
              Kelima, pelaksanaan kebijakan untuk pencegahan dan penanggulangan Pekerja Anak dan BPTA
              baik secara pre-emptif, preventif, dan represif oleh Pengawas Ketenagakerjaan.

              Pencegahan  dan  penanggulangan  ini  bisa  dilakukan  melalui  sosialisasi  kepada  stakeholder,
              pemeriksaan ke perusahaan yang diduga mempekerjakan anak, dan penyidikan.

              "Semua langkah yang diambil tersebut mencerminkan kerja sama dan sinergi dengan unsur-
              unsur pentahelix yang ada dan akan terus semakin ditingkatkan di masa depan," ujarnya.

              Ida mengatakan, salah satu langkah sinergi pentahelix yang akan dilaksanakan dalam mencegah
              pekerja anak Indonesia adalah dengan bekerja sama dengan berbagai pihak.

              Sebagai contoh, kerja sama dengan dunia usaha untuk melaksanakan Pencanangan Indonesia
              Bebas Pekerja Anak Tahun 2022 di Karawang International Industry City (KIIC), Modern Cikande
              10 Industrial Estate (MCIE) di Karawang, Kawasan Industri Makassar (KIMA), Modern Cikande
              Estate (MCIE) di Banten, dan Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC) di Banten.

              Ida menambahkan, pemerintah tegas dan berkomitmen dalam mengatasi masalah ini. Wujud
              komitmen ini ditandai dengan ratifikasi Konvensi International Labor Organization (ILO) Nomor

                                                           81
   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87