Page 46 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 NOVEMBER 2020
P. 46

Pelindungan  Pekerja  Migran  Indonesia  (UU  PPMI).  Ia  menilai  UU  Cipta  Kerja,  justru
              memperlemah perlindungan pekerja migran. Misalnya peraturan persyaratan perusahaan untuk
              mendapatkan izinnya sangat ketat, melalui prosedur, mekanisme. Kemudian aturan yang jelas
              soal deposito, jangka waktu tahun dan hal lainnya.

              "Di UU cipta kerja itu kemudian dieliminir. Beberapa juga dihapus menjadi disesuaikan dengan
              ketentuan izin usaha," kata Anis, Selasa (24/11).

              Migrant Care juga mengajukan lyi materiil pasal 89A UU PPMI yang ada di UU cipta kerja yang
              mengatur Surat Izin Perusahaan Penempatan Pekerja Migran Indonesia (SIP3MI). Padahal, izin
              usaha dengan izin usaha penempatan pekerja migran berbeda. Sebab, UU PPMI merupakan lex
              specialist dari UU perseroan terbatas karena UU tersebut mengatur mengenai menempatkan
              manusia.

              "Dengan berlakunya UU Cipta Kerja mengancam dan memperlemah pekerja migran yang sudah
              diatur dalam UU nomor 18 tahun 2017 (Pelindungan Pekerja Migran Indonesia)," terang dia.
              Peran negara hilang.

              Pada Selasa (24/11) Mahkamah Konstitusi juga menggelar dua sidang permohonan uji materi
              UU Cipta Kerja. Diantaranya perkara 91/PUU-XVIII/2020 yang dipukau Hakim Irawan dkk, dan
              101  /  PUU-XVI11/2020  yang  diajukan  oleh  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI).
              Presiden KSPI Said Iqbal mengatakan, dalam hubungan internasional, biasanya hukum atau UU
              yang berkaitan dengan investasi diatur secara terpisah dengan UU terkait perlindungan bagi
              pekerja atau buruh.

              "Di UU Cipta Kerja ini kami berpendapat bahwa penyatuan UU yang terkait investasi yang diatur
              dalam  10  klaster  sehingga,  tercampur  aduk,"  kata  Said  di  Gedung  MK,  Said  meminta  MK
              mencabut UU Cipta Kerja ini karena bertentangan dengan hak konstitusional warga negara yang
              diatur dalam Pasal 28D ayat 2 Undang Undang Dasar Negera Republik Indonesia 1945.
              Selain  itu  KSPI  menilai  peran  negara  hilang  dalam  perlindungannya  kepada  para  buruh  dan
              rakyat  Indonesia.  Karena  itu  ia  meminta  Mahkamah  Konstitusi  memberikan  keputusan  yang
              seadil-adilnya. "Kami mengharapkan negara hadir memberikan perlindungan di tengah persoalan
              investasi," ujar Said.
              Nomor Perkara 107/PUU-XVIII/2020

              Pokok Perkara: Pengujian Formil Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
              terhadap UUD 1945 Pemohon: Serikat Petani Indonesia (SPI), Yayasan Bina Desa Sadajiwa (Bina
              Desa), Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB), dkk

              Perkara:105/PUU-XVIII/2020
              Pokok Perkara: Pengujian Formil dan Materiil_

              Pemohon: Pimpinan Pusat Federasi Serikat Pekerja Tekstil Sandang dan Kulit - Serikat Pekerja
              Seluruh Indonesia (PP FSP TSK - SPSI), yang diwakili olen Roy Jinto Ferianto, S.H., sebagai Ketua
              Umum dan Moch. Popon, S.H., sebagai Sekretaris Umum (Pemohon I); Rudi Harian (Pemohon
              II); Arie Nugraha (Pemohon III); Bey Arifin (Pemohon IV); dkk.

              Nomor Perkara:103/PUU-XVIII/2020

              Pokok Perkara: Pengujian Formil dan Materiil_

              Pemohon: Elly Rosita Silaban sebagai Pemohon I; Dedi Hardianto sebagai Pemohon II


                                                           45
   41   42   43   44   45   46   47   48   49   50   51